"Barry Soetoro" (Barack Obama) --
"Si Anak yang (meng-)hilang"
Sangat Mungkin Sekali Anda Mengenal Saya, Tetapi Mengapa Saya Harus Mengenal Anda? -- Barry Soetoro
========================================================
No Tgl Jam Judul
1 2006-06-29 11:03 Senator AS Rasa Indonesia
2 2006-06-29 12:43 SD di Jakarta, Jadi Capres AS 2008
3 2006-06-29 16:52 Kisah Jabat Tangan Bung Ikra
4 2006-06-30 09:44 Kenangan di SD 4 Besuki
5 2006-07-03 10:04 SD Besuki Jadi Cagar Budaya
6 2006-07-03 11:02 Barry, Tengok Sekolah Dong!
7 2006-07-04 09:54 Rumah Dempo yang Hilang
8 2006-07-05 09:56 Oh .. Si Anak Negro Itu
9 2006-07-05 10:46 2 Tahun di Menteng Dalam
10 2006-07-05 12:20 Keluarkan Buaya Saat Diganggu
11 2006-07-06 09:21 Bersarung ke Musala, Lucu Deh!
12 2006-07-06 10:00 Suka Pramuka, Sering Bagi Cokelat
13 2006-07-06 12:15 Dor-doran di Hutan Asisi
14 2006-07-07 10:26 Terdaftar Sebagai Barry Soetoro
15 2006-07-10 11:10 Si Kidal di Bangku Belakang
16 2006-07-10 13:52 Capres AS dari Gang Sempit
17 2006-07-11 08:15 Barry ke Hawaii, Ann Dunham Jadi Konsultan BRI
18 2006-07-12 10:02 Makan Ikan, Duh.. Asinnya!
19 2006-07-12 13:34 Ayah Tiri Barry dan Ayam Aduan
20 2006-07-13 10:56 Digoda Cokelat Rasa Terasi
21 2006-07-14 10:59 Daster Batik Tante Anne
22 2006-07-17 10:15 Barry dan Kostum Madura
23 2006-11-09 11:27 Barack Obama, Kunci Kemenangan Partai Demokrat
24 2006-11-09 12:46 Barack Obama, Jadi Calonkan Presiden AS 2008?
25 2006-11-09 13:44 Ikranagara: Bila Hillary Capres, Barack Obama Cawapres
26 2007-01-10 09:30 Peringatan Tsunami di AS, 'Senator Menteng' Barack Obama Hadir
27 2007-01-24 12:59 Barack Obama Diserang Gara-gara 'Madrasah'
28 2007-06-06 08:19 Barack Obama, Dari Mana Anda Mendapat Nama yang Lucu?
========================================================
detikcom
29/06/2006 11:03 WIB
Barack Obama (1)
Senator AS Rasa Indonesia
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: www.barackobama.com
Jakarta - Barack Obama sangat terkenal di Illinois, Amerika Serikat (AS). Maklum, dia adalah senator AS dari negara bagian tersebut. Tapi, banyakkah orang yang tahu bahwa dia pernah mengenyam sekolah dasar (SD) di Indonesia? Ya, Barack Obama memang senator AS rasa Indonesia.
Dari wajahnya, Barack memang tidak memiliki darah Indonesia. Ibu kandungnya, Stanley Ann Dunham, adalah orang Kansas, AS, berkulit putih. Sedangkan ayahnya, Barack Husein Obama, berasal dari Kenya, berkulit hitam. Waktu Barack dilahirkan, kedua orangtuanya adalah mahasiswa di East-West Center di Universitas Hawaii di Manoa.
Tapi, mengapa Barack bisa bersekolah di Indonesia? Memang panjang ceritanya. Pria murah senyum kelahiran 4 Agustus 1961 ini mulai membetot perhatian dunia karena pidato utamanya pada Konvensi Nasional Partai Demokrat 2004 lalu. Saat itu, ia menjadi senator negara bagian Illinois. Tahun itu juga, Obama pun terpilih sebagai orang keturunan Afrika pertama yang memenangkan pemilihan ke Senat AS dari Partai Demokrat dari Illinois.
Barack mulanya memeluk agama Islam, mengikuti agama ayahnya. Namun, kemudian dia pindah menjadi agama Kristen, setelah ayah dan ibunya bercerai. Ibu dan ayahnya berpisah saat Obama masih berumur dua tahun.
Ann Dunham kemudian menikah lagi. Tak disangka, pria yang dipilihnya adalah warga negara Indonesia (WNI) yang saat itu juga seorang mahasiswa East-West Center yang mengambil doktor di bidang geografi. Pria yang kemudian menjadi ayah tiri Obama itu bernama Lolo Soetoro.
Setelah Ann-Lolo menikah dan lulus, pasangan ini kemudian pindah ke Indonesia tahun 1960-an. Barack yang mempunyai nama kecil 'Barry' juga diboyong ke Jakarta. Saat tinggal di Jakarta, pasangan Ann-Lolo dikarunia anak seorang perempuan. Adik Barrack ini bernama Maya Soetoro-Ng.
Beberapa tahun menikah, Ann dan Lolo kemudian bercerai. Entah apa yang membuat pasangan ini bercerai. Tapi, diduga Ann merasa kurang diperhatikan Lolo, gara-gara Lolo yang seorang geologis ini harus pergi ke Papua mengikuti program tentara Indonesia. Akhirnya, ketika berusia 10 tahun, Barack dan ibunya pun meninggalkan Indonesia. Barack kemudian kembali ke Hawaii dan diasuh kakek-neneknya, Madelyn Dunham.
Lantas, ke mana Maya Soetoro, adik Barack? Maya Soetoro juga ikut diboyong Ann Dunham ke AS. Kini, Maya menjadi dosen di Universitas Hawaii. Sedangkan Lolo Sotoro sudah meninggal pada 2 Maret 1993.
Selama di Hawaii, Barack Obama disekolahkan oleh ibunya di sekolah yang bagus. Setelah meninggalkan SD di Indonesia, sesampai di Hawaii, Barack masuk sekolah kelas lima di Punahou School.
Lantas SD mana di Jakarta yang pernah menjadi tempat belajar Barack? Ini yang belum terkuak. Hasil penelusuran detikcom, dia disebut-sebut sekolah di sebuah madrasah (sekolah Islam). Tapi, sekolah apa tepatnya, tidaklah jelas.
Barack telah menulis bigrafinya dengan judul 'Dreams From My Father: A Story Of Race And Inheritance Reviews and Compare'. Buku ini laris manis. Sayang, di bukunya itu juga tidak disebutkan pernah bersekolah di mana Barack saat tinggal di Indonesia.
Namun, dalam suatu artikel, Barack memang masih punya kenangan manis saat tinggal di Indonesia. Saat ramai merebaknya flu burung, Barack sangat antusias untuk menindaklanjutinya. Dia menulis artikel mengenai flu burung yang juga merebak ke Indonesia itu.
Nah, saat itulah dia mengisahkan tentang kehidupannya di Indonesia. Di dalam artikel itu, dia menceritakan saat tinggal di Jakarta, banyak tetangganya yang memelihara ayam di belakang rumahnya. Kebiasaan seperti ini yang kemungkinan bisa menyebabkan semakin melebarnya flu burung di Indonesia.
Barack orang yang brilian. Pendidikan sarjananya dia dapatkan dari fakultas hukum Columbia Unversity dengan predikat magna cumlaude. Setelah lulus, dia sempat bekerja sebagai pengacara di New York dan Chicago. Setelah itu, dia maju dalam pemilu di Illionis pada 1997. Dia terpilih sebagai senator di negara bagian itu.
Tahun 2004 lalu, dia mengikuti pemilihan senator AS dari Illinois. Menyisihkan banyak kandidat, dia akhirnya menjadi orang pertama keturunan Afrika yang terpilih sebagai senator AS dari Illiois atau menjadi orang kelima keturunan Afrika dari semua negara bagian yang menjadi senator AS. Sudah banyak yang dilakukan olehnya, sehingga menjadi terkenal. Bahkan, dia disebut-sebut sebagai calon presiden AS untuk 2008! ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
29/06/2006 12:43 WIB
Barack Obama (2)
SD di Jakarta, Jadi Capres AS 2008
Arifin Asydhad - detikcom
Jakarta - Barack Obama dielu-elukan pendukungnya untuk menjadi calon presiden 2008. Tapi, dia pernah memberi isyarat tidak akan maju sebagai calon presiden. Namun, pendukungnya tetap mengampanyekannya. Bila tetap maju, maka pria 45 tahun yang pernah belajar di sebuah SD di Jakarta ini akan bersaing ketat dengan Hillary Rodham Clinton.
Para pendukung Barack melakukan apa saja untuk mendorong pakar hukum itu untuk menjadi calon presiden 2008 dari Partai Demokrat. Salah satunya, para pendukung Barack membuat petisi online untuk mengumpulkan dukungan di situs web,
http://www.petitionspot.com/petitions/Obama.
Tidak hanya itu. Para pendukung Barack juga membuat suvenir-suvenir sebagai dukungan bagi Barack. Suvenir-suvenir itu dijual di beberapa tempat maupun secara online. Ada kaos, topi, pin, stiker, dan lain-lain.
Pemilihan Presiden AS ke-44 akan berlangsung pada 4 November 2008. Partai Demokrat, yang merupakan saingan berat Partai Republik, akan mencalonkan kandidat presiden 2008. Seperti biasa, Demokrat akan menggelar konvensi untuk mencari calon presiden yang diajukan.
Selama ini, Hillary Clinton, istri mantan Presiden AS Bill Clinton, disebut-sebut sebagai calon kuat. Namun, nama Barack Obama juga sudah mulai bergaung. Keduanya saat ini sama-sama sebagai senator AS dan memiliki dukungan yang cukup banyak. Tapi, siapa yang akan memenangkan pertarungan? Kita tunggu saja.
Bila Barack terpilih sebagai Presiden AS, maka ini merupakan presiden pertama AS yang pernah mengenyam pendidikan sekolah di Indonesia. Tentu juga akan menjadi kenangan tersendiri bagi teman-teman Barack semasa sekolah di sebuah SD di Jakarta pada tahun 1960-an. Lantas bagaimana hubungan AS dengan Indonesia, bila AS dipimpin Barack? Aha...jangan berandai-andai dulu.
Terlepas dari riuhnya pencalonan presiden AS, Barack Obama sendiri memang dikenal sebagai orang yang brilian. Barack naik daun setelah memenangkan pemilihan senat AS mewakli Illinois. Barack telah menjadi sosok populer menjelang Pemilu AS pada 2004 dan menjadi salah satu bintang dalam Konvensi Nasional Demokrat 2004.
Menjadi seorang politisi, yang menarik, sebagai orang Amerika keturunan Afrika, Barack mampu menggali dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, dari kota sampai desa termasuk wilayah yang didominasi kulit putih pada 2004 lalu. Inilah kekuatan Barack yang patut diperhitungkan untuk maju sebagai calon presiden AS 2008 nanti.
Salah satu pernyataannya yang paling menarik adalah saat dia berani menyerang Bush terkait pendudukan AS di Irak. Dia tidak setuju dengan kebijakan Bush. Dia mempertanyakan, dengan pendudukan di Irak, akan berapa banyak serdadu AS yang tewas setiap hari?
Selama menjadi senator AS sejak 2004, Barack Obama juga telah sering muncul di media massa. Berbagai hal telah dilakukannya, sehingga membuat namanya harum. Saat flu burung merebak di Asia, termasuk Indonesia, dialah senator AS yang pertama menyuarakan perlunya AS juga memperhatikan flu burung.
Di bidang pendidikan, Barack Obama juga dikenal sebagai orang pandai. Tahun 1990, dia menjadi orang kulit hitam pertama yang memimpin jurnal ilmiah Harvard Law Review. Ia menampik karir hukum yang menjanjikan dan kemungkinan pindah ke Washington untuk bekerja sebagai pejabat negara. Obama memilih bekerja sebagai pengacara hak sipil dan mengajar hukum tata negara di Universitas Chicago. Setelah itu, dia terpilih menjadi senator dari negara bagian Illinois pada 1996.
Di tengah kebrilianannya, Barack Obama juga pernah mengalami masa-masa suram. Dia terang-terangan mengaku saat remaja sebagai peminum berat, konsumen kokain dan mariyuana. Namun, dia membuktikan bisa bangkit dari masa lalunya yang kelabu.
Di tengah namanya yang kian kinclong, jalan yang dilalui Barack Obama tidak semulus jalan tol. Salah satunya, dia pernah dipersoalkan tentang masa lalunya di Indonesia, karena dia pernah belajar di madrasah (sekolah Islam) di Jakarta. Seperti pernah ditulis di Chicago Sun-Times, dia dituding sebagai penganut beberapa agama, termasuk agama Islam.
Namun, Barack membantah. Meski dulu pernah beragama Islam, namun saat ini Barack adalah penganut Kristen yang taat. Barack bersama istri dan kedua anak perempuannya juga menjadi anggota perkumpulan Gereja Kristen di Chicago. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
29/06/2006 16:52 WIB
Barack Obama (3)
Kisah Jabat Tangan Bung Ikra
Arifin Asydhad - detikcom
foto: www.barackobama.com
Jakarta - Penyair Ikranagara merupakan salah satu orang Indonesia yang pernah bertemu langsung dengan Barack Obama. Bung Ikra pernah bertemu Barack saat di Jakarta. Dan pada tahun 2005 lalu, Bung Ikra juga pernah bertemu dengan Barack Obama saat dilantik sebagai senator AS di Washington DC.
Bung Ikra menceritakan kisah Barack Obama ini di mailist Perkumpulan Pelajar Indonesia (PPI), Januari 2005 lalu. Dalam kisahnya, Bung Ikra mengaku bertemu Barack Obama pada 4 Januari 2005. Pertemuan berlangsung di sebuah gedung Library of Congress seusai Barack diambil sumpahnya di Washington DC.
Ikra datang ke acara itu, karena memang mendapat undangan dari Barack secara kebetulan. Kebetulan, Barack Obama pernah tinggal di Indonesia dari 1969 hingga 1973. Barack ke Indonesia karena ibunya, Ann Duhan, warga negara AS menikah dengan seorang pria Indonesia bernama Soetoro.
Ketika itu usia Obama baru enam tahun. Dari perkawinan Ann dengan Soetoro ini lahirlah seorang puteri bernama Maya. Lengkapnya, Maya Kassandra Soetoro. Nah, saat itu kebetulan putera pertama Ikra juga lahir pada saat itu juga.
"Ketika itulah saya sempat bertemu dengan Barack Obama kecil yang panggilan sehari-hari "Berri" (Barry?). Dengan kata lain, saya mengenal Barack Obama ketika dia masih kanak-kanak, bukanlah setelah dia dewasa menjadi tokoh politik di Partai Demokrat seperti sekarang ini. Jadi, undangan untuk saya itu memang hanyalah disebabkan hal yang kebetulan itu saja," tulis Ikra.
Dalam pertemuan itu, ruang resepsi banyak dijejali tamu undangan yang akan memberikan ucapan selamat kepada Barack Obama. Tamu-tamu datang dari berbagai etnis. Ini cocok dengan kampanye Barack Obama yang sering menonjolkan tentang keragaman etnis dan budaya.
Ikra bercerita dalam pertemuan itu dirinya sempat berjabat tangan dengan Barack Obama sebanyak dua kali. Mengapa dua kali? Sebab, dalam keadaan berdesakan itu, tidak banyak yang bisa diperbincangkan antara tamu dengan Barack. Termasuk Ikra.
"Ya, banyak yang ingin saya perbincangkan dengan dia, tetapi waktu sempit sekali yang bisa saya punyai, karena banyaknya orang dan saling berdesakan," tulis Bung Ikra.
Saat jabat tangan pertama, Bung Ikra menyatakan kepada Barack Obama "Saya dari Indonesia" dalam bahasa Inggris. Ternyata Barack menjawab dalam bahasa Indonesia: "Apa kabar?" yang membuat Ikra kaget.
Lantas, Ikra menyerahkan sebuah bingkisan kado untuknya. "Saya ada kado untuk Anda," kata Ikra kepada Barack dalam bahasa Inggris. Kembali Barack menjawab sambil menerima kado tersebut, "Terima kasih". Barack berbahasa Indonesia lagi.
Kado itu berupa sebuah buku kumpulan puisi yang ditulis oleh sejumlah penyair Indonesia tentang Amerika ketika mereka berada di AS. Puisi Ikra juga ada di dalam buku itu. Buku itu dalam dwi-bahasa, Inggris dan Indonesia.
Setelah pertemuan pertama, Ikra belum puas. Lantas Ikra menunggu Barack Obama bergerak ke arah lain. Cukup lama, karena berjubelnya orang-orang yang mau kasih selamat itu. Singkat cerita, pada jabat tangan kedua, Ikra bertanya kepada Barack, "Kapan Anda ke Indonesia?" (dalam bahasa Inggris). Barack hanya menjawab "Yes, yes, I will!" Ikar sendiri berharap Barack benar-benar mau berkunjung ke Indonesia.
Nah, dalam pertemuan itu, Ikra juga bertemu dengan Maya Soetoro. Menurut Ikra, Maya sekarang tinggal di Homnolulu menjadi dosen di Jurusan Pendidikan di Universitas Hawaii. Maya bersuamikan seorang warganegara Kanada keturunan Asia. Saat itu, Maya baru saja dikarunai seorang puteri.
Ikra kemungkinan masih memiliki banyak cerita tentang Barack Obama. Namun, saat detikcom mencoba menghubungi rumahnya di Tebet Dalam, Jakarta Selatan, Kamis (29/6/2006), ternyata Ikra sudah tidak tinggal di rumahnya. Rumahnya dikontrakkan. Dan ternyata, Ikra dan keluarganya tinggal di AS sejak lima tahun lalu. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
30/06/2006 09:44 WIB
Jejak Barack Obama
Kenangan di SD 4 Besuki
Arifin Asydhad - detikcom
Jakarta - Barack Obama, senator AS dari Partai Demokrat yang saat ini mulai disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008, pernah bersekolah di sebuah SD di Jakarta. Penelusuran detikcom, Barack pernah mengenyam pendidikan di SD (Percobaan) 4 Besuki, Menteng.
Informasi ini didapatkan detikcom dari Onny Padmo, kawan satu kelas Barack saat di SD yang terletak di Jl Besuki, Menteng, di belakang Keris Gallery itu. Onny sudah tidak banyak ingat tentang Barry, panggilan Barack saat itu.
Yang jelas, Onny yang kini menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Ikatan Mobil Indonesia (IMI) ini memastikan bahwa Barry adalah teman sekelasnya saat duduk di kelas 4 pada tahun 1971. Memang, Onny tidak begitu akrab dengan Barry saat itu. Namun, setidaknya dia masih mengenali si Barack saat kecil.
Dalam ingatan Onny, Barry bersekolah di SD Besuki hanya satu tahun, ya di kelas 4 itu. "Saat saya naik kelas 5, saya sudah tidak melihat Barry lagi," kata Onny yang kini tetap tinggal di Menteng, tepatnya di Jl Cianjur, saat berbincang-bincang dengan detikcom, Jumat (30/6/2006).
Onny surprise juga melihat Barry saat ini menjadi senator AS. Apalagi saat ini Barry cukup diperhitungkan juga, karena sudah disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008. "Ketika baca berita ini di detikcom, saya langsung ingat ini si Barry teman sekelas saya," ujar pria berumur 40-an tahun ini.
Wajah Barry saat ini memang sudah jauh berbeda dibanding 35 tahun lalu. "Dulu saat SD, dia cukup gemuk, pipinya menggelembung. Badannya dari kecil memang sudah tinggi. Tapi, saat ini terlihat lebih kurus," kata Onny setelah melihat foto Barry saat ini.
Onny juga masih ingat saat Barry setiap berangkat ke sekolah. "Kalau sekolah dibonceng di sepeda motor oleh tentara," ujar Onny. Motor yang dipakai tentara itu adalah jenis motor Honda besar, seperti yang dibawa oleh para tukang pos.
Namun, siapa tentara itu, Onny tidak kenal. Bisa jadi, tentara itu adalah ayah tiri Barry, Lolo Soetoro Mangundiharjo. Sebab, selain juga sebagai manajer di sebuah perusahaan pertambangan, Lolo juga masuk tentara.
Kadangkala, kata Onny, Barry juga diantar ibunya. "Ibunya tinggi besar, bule. Rambutnya pirang. Saat kecil, saya dan teman-teman juga heran, mengapa ibunya bule, kok si Barry malah berambut ikal dan berkulit hitam," ujar Onny. Saat itu, Onny dan kawan-kawan tidak mengetahui kalau ayah kandung Barry berasal dari Kenya, Afrika.
Onny juga mengaku pernah menghadiri ulang tahun Barry yang digelar di rumahnya. Rumah Barry dulu berada di Jl Dempo, Matraman, di sekitar Taman Amir Hamzah. Dulu, kawasan ini masih cukup sepi, jauh dibanding situasi saat ini. Sayangnya, Onny tidak ingat bagaimana meriahnya peringatan ulang tahun Barry.
Meski anak baru di kelas 4 dan bukan orang Indonesia, menurut Onny, Barry cukup pintar berbahasa Indonesia. Barry berbincang dengan teman-temannya dengan Bahasa Indonesia. Salah satu hal yang masih diingat juga oleh Onny adalah tangan kidal Barry. "Dia kidal. Kalau menulis ya pakai tangan kiri," ujar dia.
Onny tidak ingat apakah Barry saat sekolah termasuk anak pandai atau tidak. Namun, Barry memang tidak beda dengan anak lain, yang tetap suka bermain.
Apa yang dilakukan Onny bila tiba-tiba bertemu Barry saat ini? "Saya akan membawa dia ke SD Besuki, biar kita sama-sama ingat," ujar Onny tertawa. Saat ini, gedung SD 4 Besuki ini masih tegak berdiri. Bila Barry datang ke Indonesia dan mendatangi sekolah itu, tentu kenangan Berry juga akan terbawa ke 35 tahun lalu.
Terus terang saja, kata Onny, dirinya sudah tidak pernah mendengar informasi tentang Barry setelah Onny tidak terlihat di kelas 5. Makanya, cukup terkejut juga bila Barry saat ini menjadi orang terkenal di AS. Sukses, buat Barry! ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
03/07/2006 10:04 WIB
Jejak Barack Obama
SD Besuki Jadi Cagar Budaya
Ahmad Dani - detikcom
foto: detikcom/ahmad dani
Jakarta - SD Besuki, Menteng, Jakarta Pusat, sekolah yang pernah jadi tempat belajar Barack Obama masih kokoh berdiri. Bahkan, gedung sekolah ini masih berarsitektur lama, bergaya bangunan Belanda. Gedung ini saat ini ditetapkan cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Dengan status cagar budaya, gedung sekolah bercat putih dan hijau ini tidak boleh dirobohkan atau direnovasi. Bentuk gedung harus dipertahankan sesuai bentuk asli saat dibangun pertama kali pada tahun 1934.
detikcom bertandang ke SD yang terletak di Jl. Besuki, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (30/6/2006) lalu. Suasana gedung sekolah ini tampak asri, penuh dengan hijaunya pepohonan. Bangunan sekolahnya tampak asyik, bangunan kuno.
Siapa sangka, Barack Obama yang pernah merasakan nyamannya belajar di sekolah ini saat ini menjadi senator AS dan bahkan disebut-sebut sebagai calon presiden AS 2008.
Sayang, guru-guru yang mengajar di sekolah ini sekarang adalah guru-guru generasi baru. Di antara guru-guru yang ada, Purwanto (berusia sekitar 50-an tahun) merupakan guru paling lama yang mengajar di sekolah ini. Purwanto mulai mengajar di sekolah ini pada tahun 1983, atau setelah 12 tahun Barack Obama meninggalkan sekolah ini untuk terbang ke Hawaii.
Karena itu, wajar bila Purwanto mengaku tidak mengenal Barack Obama yang pernah belajar di sekolah ini pada tahun 1971. Bila Purwanto saja tidak mengenal, guru-guru lainnya juga pasti tidak mengenalnya. Meski begitu, Purwanto sangat bangga bila ada bekas murid sekolah ini menjadi orang terkenal di AS.
Jabatan Kepala SD ini sekarang dipegang oleh Kuswadiyanto. Dia ditugaskan ke sekolah ini belum lama. Kuswadiyanto baru bertugas pada Mei 2005. Wajar juga, bila Kuswadiyanto tidak mengenal Barry, panggilan Barack sewaktu bersekolah di sekolah ini.
Meski begitu, Kuswadiyanto menjelaskan bahwa situasi sekolah ini menjadi saksi bisu bagi Barack Obama. Bila memang Barack Obama bertandang ke sekolah ini, tentu akan ingat masa lalunya. Sebab, segala macam perangkat masih dibiarkan seperti dulu. Tidak hanya bangunan sekolah, tapi juga peralatan di dalam sekolah.
"Papan tulis masih kita pertahankan sejak dulu. Jendela kelas juga masih belum berubah," kata Kuswadiyanto. Jendela di bagunan sekolah ini, khususnya di kelas 4 tempat Barry duduk dan belajar, masih berbentuk kuno, mirip dengan jendela rumah Betawi. Yang berbeda, saat ini ruangan kelas 4 itu sudah dilengkapi dengan AC.
Kini, sekolah ini sudah berubah nama. Bila dulu pernah dikenal sebagai SD Menteng 01 dan juga SDN Besuki, saat ini berubah nama menjadi SD 'Model Primary School, Sekolah Dasar Koalisi Regional Seameo Asia Tenggara'. Nama sekolah ini terpampang di depan sekolah dengan jelas.
Menurut Kuswadiyanto, sekolah yang dipimpinnya ini menjadi sekolah Koalisi Regional Asia Tenggara sejak tahun 2002. Sekolah ini menjadi sekolah kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara-negara Asia Tenggara.
Tentang bangunan sekolah, menurut Kuswadiyanto, 90 persen bangunan sekolah sekarang masih asli sejak dibangun pada tahun 1934 saat kolonial Belanda. Awalnya, sekolah ini merupakan sekolah buatan pemerintahan Belanda yang dikhususkan bagi anak-anak bangsawan. Nama awal sekolah ini juga menggunakan bahasa Belanda. Pada awal berdiri, gedung sekolah ini bercat putih.
Setelah merdeka, sekitar tahun 1946 hingga 1947, sekolah ini berubah nama menjadi SDN Besuki. Yang paling tampak sebagai ciri bangunan Belanda adalah menara cerobong di atap gedung sekolah. Menara ini tidak pernah diutak-atik sedikit pun. Sebuah musala di sekolah ini juga masih terlihat jelas. Di tengah gedung sekolah juga masih ada lapangan yang saat ini dijadikan lapangan basket.
Meski sebagai cagar budaya, namun gedung sekolah ini memang pernah mengalami renovasi selama dua kali. Tapi, renovasi hanya bagian kecil saja. Pada tahun 2000, genting gedung diganti yang baru, karena genting lama sudah banyak yang pecah. Dan pada tahun 2002-2003, ada penambahan gedung bertingkat di gedung sisi sekolah.
Zaman dulu, memang banyak orang asing yang bersekolah di sekolah ini. Perbandingannya, 75% persen warga Indonesia dan 25% warga asing. Sejak 1990-an, sudah tidak ada warga asing yang sekolah di SD ini.
Saat ini, siswa yang belajar di sekolah ini hanyalah warga biasa saja, tidak khusus bangsawan lagi. Namun, ada juga anak pejabat yang memilih bersekolah di sini. Salah satunya, anak Menteri Koperasi Suryadharma Ali.
Keterangan Foto:
Papan tulis di kelas 4, tempat Barack belajar masih belum diganti dari dulu. Menara cerobong di atap gedung sekolah tidak pernah diutak-atik. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
03/07/2006 11:02 WIB
Jejak Barack Obama
Barry, Tengok Sekolah Dong!
Ahmad Dani - detikcom
Jakarta - Sudah tidak ada dokumen siswa tahun 1971 di SD Besuki, Menteng. Data paling lama yang tersimpan di sekolah yang kini menjadi SD Koalisi Regional Asia Tenggara ini hanyalah siswa 10 tahun terakhir. Nama Barack Obama sudah tidak tertulis. Meski begitu, para guru berharap Barack Obama sekali-kali menengok sekolah ini.
Purwanto, guru yang telah mengabdi di sekolah ini sejak 1983, memang tidak mengenal Barry, panggilan Barack Obama sewaktu masih di bersekolah di tempat itu. Meski begitu, Purwanto yang kini sudah berusia 50-an tahun ini mengaku senang bila ada bekas murid SD tersebut yang menjadi orang top di Amerika Serikat (AS).
"Saya bangga kalau ada bekas murid SD di sini mencalonkan pejabat di Amerika Serikat. Kalau memang benar itu dilakukan, saya berharap dia datang ke Indonesia dan ke sekolahan ini untuk meminta doa restu. Kami siap menjadi pendukung Barack Obama," kata guru yang mengajar kelas 4 saat ditemui detikcom di gedung SD ini, Jl. Besuki, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (30/6/2006) lalu.
Barry pernah bersekolah di sekolah ini pada tahun 1971. Namun, dia hanya setahun belajar di sekolah ini. Saat itu dia masuk kelas 4. Pada 1972, Barry meninggalkan Indonesia dan kembali ke Hawaii, daerah asal ibundanya, Ann Dunham.
Meski hanya setahun sekolah di SD Besuki ini, Barry mengabadikan kenangannya di Jakarta itu dalam otobiografinya yang berjudul: 'Dreams from My Father: A Story of Race and Inheritance.
Setelah melanjutkan hidupnya di Hawaii, kini Barry menjadi orang top di AS. Sejak awal 2005 lalu, dia menjadi senator AS dari negara bagian Illinois. Kini, dia disebut-sebut sebagai calon presiden AS 2008.
Orangtua murid di SD Besuki ini juga mendukung bila Barry mau berkunjung ke sekolah yang menjadi cagar budaya ini. "Kalau memang benar ada bekas murid yang terkenal di AS, saya juga pingin tahu," tutur salah satu orangtua murid saat ditemui detikcom, Jumat (30/6/2006) lalu di sela-sela penerimaan rapor di sekolah ini.
Sutarmiyati, guru SD Besuki yang sempat mengajar pada tahun 1971, juga mengaku tidak mengenal Barry. "Saya tidak kenal. Soalnya saya dulu pada tahun 1971, mengajar kelas 1," ujar pensiunan guru yang kini sudah berusia lanjut saat ditanya tentang Barry.
Meski begitu, Sutarmiyati membenarkan saat itu memang masih ada siswa asing yang bersekolah di sekolah tersebut. Kebanyakan siswa asing yang masuk ke sekolah itu masuk di kelas tinggi, 4, 5 atau 6. Jarang warga asing yang masuk sekolah mulai kelas 1.
Menurut Sutarmiyati, bila memang Barry masuk di kelas 4, kemungkinan yang mengenalnya adalah Hendri Sunardi. "Dulu Pak Hendri yang mengajar kelas 4. Tapi sekarang sudah wafat," ujar dia.
Kepala SD saat itu, Ibu Kasim kemungkinan juga mengenal Barry. "Tapi, sekarang Bu Kasim juga sudah wafat," ujar Sutarmiyati. Saat ini, masih ada guru lain yang mengajar pada tahun 1971 yang masih hidup, Bapak Jasim dan Ibu Tine. Namun, keduanya saat ini belum bisa dihubungi.
Informasi bahwa Barry pernah bersekolah di SD ini didapatkan detikcom dari Onny Padmo. Pada tahun 1971, Onny satu kelas dengan Barry. Onny yang saat ini menjabat Wakil Sekjen Ikatan Motor Indonesia (IMI) masih ingat sekilas tentang Barry.
Bagian arsip SD tersebut, Juwita mengakui data murid SD yang masih tersimpan dalam dokumen hanyalah murid 10 tahun terakhir. Data murid tahun 1971 sudah tidak ada. Data murid yang tersimpan dalam file komputer hanya murid dari tahun 2000.
Keterangan Foto:
Salah satu pemandangan di SD Besuki. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
04/07/2006 09:54 WIB
Jejak Barack Obama
Rumah Dempo yang Hilang
Ahmad Dani - detikcom
Jakarta - Masih seputar kisah senator AS, Barack Obama, di Indonesia. Di masa kecilnya, Barack diyakini tinggal di sebuah rumah di Jl. Dempo di kawasan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat. Namun, kini para penghuni rumah di kawasan ini tidak mengenal Barack atau Barry.
Cukup sulit melacak keberadaan senator AS saat tinggal di Indonesia. Satu-satunya informasi yang cukup kuat didapatkan detikcom dari Onny Padmo, teman sekelas Barry saat sekolah di kelas 4 SD Besuki, Menteng, Jakarta Pusat tahun 1971 silam.
Onny mengaku pernah menghadiri acara ulang tahun Barry di rumahnya saat itu. Rumah Barry berada di Jl. Dempo, dekat Taman Amir Hamzah. Tapi, alamat persisnya, Onny tidak terlalu ingat. Maklum, itu kenangan 35 tahun lalu.
detikcom telah menelusuri kawasan ini, Senin (3/7/2006). Namun, beberapa warga yang sudah cukup lama tinggal di kawasan ini tidak mengenal nama Barack atau Barry. Mereka juga tidak mendengar nama Lolo Soetoro, Ann Dunham, maupun Maya Kassandra Soetoro.
Lolo Soetoro adalah suami Ann dan ayah tiri Barry. Ann adalah warga AS, ibu kandung Barry. Sedangkan Maya adalah adik seibu Barry, buah cinta antara Ann dan Lolo.
Padahal, sebenarnya Barry bersama ibu kandung dan ayah tirinya itu pernah tinggal di Indonesia cukup lama. Meski diketahui Barry bersekolah di SD 4 Besuki hanya 1 tahun, duduk di kelas 4, tapi informasi dari Maya Soetoro, Barry tinggal di Indonesia antara 1968-1973. Namun, di mana saja alamat rumah Barry selama 5 tahun itu, tidak jelas.
Yang pasti, menurut Onny, Barry pernah tinggal di Jl. Dempo. "Saya dulu pernah menghadiri ulang tahun Barry di rumah itu. Tidak jauh dari Taman Amir Hamzah," kata Onny, teman Sekolah Barry pada tahun 1971.
Saat ini, Jl. Dempo masih dipertahankan. Jalan ini memang tidak jauh dari Taman Amir Hamzah, meski tidak pas di depannya. Jalan ini lebih dekat dengan Masjid Amir Hamzah yang cukup terkenal di masa itu.
Salah seorang warga yang sudah lama tinggal di kawasan Taman Amir Hamzah ini, Ari (55), saat ditemui detikcom mengaku tidak mengenal Barack Obama atau Barry. Dia juga tidak mengenal nama Lolo Soetoro.
"Seingat saya, tahun 1960-an di kawasan ini banyak orang Belanda. Kalau ada anak negro, saya kok tidak tahu," kata dia. Selain orang Belanda, di kawasan ini juga banyak orang Ambon keturunan Belanda.
Sementara ketua RT, Hj Mamiati, yang tinggal di kawasan ini sejak tahun 1950-an juga mengaku tidak mengenal Ann Dunham, Lolo Soetoro atau Barry. Dia mengaku di kawasan Taman Amir Hamzah, pada tahun 1960-an banyak orang asing yang keluar masuk.
Mamiati memang pernah melihat ada anak berkulit hitam berambut ikal yang pernah tinggal di Jl. Dempo nomor 2 sekitar tahun 1970-an. Namun, kata dia, dulu anak negro itu disebut sebagai orang dari Papua. "Memang ada anak negro, tapi dulu katanya dari Irian," ujar dia.
Bisa jadi, anak negro yang dimaksud Mamiati adalah Barry. Namun, hal itu sulit dipastikan. Hingga saat ini, rumah di Jl. Dempo nomor 2 ini masih terlihat berarsitektur zaman Belanda, belum direnovasi. Sekarang, rumah tua ini dijadikan praktek seorang dokter gigi. Sementara rumah-rumah lainnya di Jl. Dempo sudah berganti wajah dengan bangunan baru. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
05/07/2006 09:56 WIB
Jejak Barack Obama
Oh .. Si Anak Negro Itu
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: www.barackobama.com
Jakarta - Para pensiunan guru sepuh di SD (Percobaan) 4 Besuki, Menteng, Jakarta Pusat, kesulitan mengenali Barack Obama saat bersekolah di sekolah tersebut pada tahun 1971 selama 1 tahun. Namun, salah seorang guru pernah mengingatnya. Oh....si anak negro itu.
Tine Ahyari, mantan kepala sekolah dan guru SD 4 Besuki, mengaku tidak pernah mendengar nama Barack Obama atau bisa dipanggil Barry. Tine yang kini berusia 77 tahun itu memang benar-benar tidak pernah mendengar nama Barry.
Maklum, pada tahun 1971, Tine mengajar kelas 1. Sedangkan Barry saat itu duduk di kelas 4. "Mungkin Ibu Karim yang mengenalinya, karena saat itu dialah yang menjadi kepala sekolah," kata Tine yang meski sudah berusia sepuh, namun masih segar dan lancar berkomunikasi ini.
Tapi, saat diingatkan apakah dirinya pernah melihat anak kecil negro, berambut ikal dan berkulit hitam, Tine langsung mengingatnya. "Oh si negro itu.... ya ya saya pernah melihatnya," ujar Tine saat dihubungi detikcom, Rabu (5/7/2006).
Tine hanya pernah melihatnya, tapi tidak pernah berbicara dengan Barry. "Yang mengajar kelas 4 saat itu Pak Hendri. Tapi, sekarang sudah meninggal dunia," ujar nenek yang mengajar di SD tersebut sejak tahun 1958.
Dengan begitu, Tine yang diangkat sebagai kepala sekolah tersebut pada tahun 1972 juga tidak mengetahui prestasi belajar Barry. Apakah saat itu Barry termasuk anak yang cerdas atau pas-pasan saja. Yang pasti, saat ini Barry sudah menjadi orang terkenal di AS. Sejak awal 2005 lalu, Barry dilantik sebagai senator AS dari Illinois.
Tentu prestasi yang luar biasa. Dia menjadi orang ketiga berkulit hitam yang menjadi senator AS. Apalagi, saat ini, Barry sudah disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008. Dalam konvensi Partai Demokrat, diprediksi Barry akan mendapat saingan berat dari Hillary Rodham Clinton, istri mantan Presiden AS, Bill Clinton.
Tentang prestasi Barry ini, Tine tentu ikut bangga. "Ini tentu kehormatan dan membanggakan," ujar Tine yang pensiun dari SD ini sejak 1989.
Guru sepuh lainnya, Jasim, juga mengaku tidak mengenal Barry. Jasim yang kini berusia 65 tahun baru ditugaskan mengajar di sekolah ini pada tahun 1972. "Mungkin saya masuk ke sekolah itu, Barry pas keluar," kata Jasim.
Informasi dari Onny Padmo, teman sekelas Barry di kelas 4 SD, Barry memang hanya bersekolah di SD Besuki selama 1 tahun, pada tahun 1971. Saat kenaikan ke kelas 5, Barry sudah tidak terlihat lagi ikut bersekolah. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
05/07/2006 10:46 WIB
Jejak Barack Obama
2 Tahun di Menteng Dalam
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: www.barackobama.com
Jakarta - Jejak senator AS yang kini disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008, Barack Obama, di Indonesia selama masa kecilnya mulai terang. Sebelum belajar di SD (percobaan) 04 Besuki, anak negro yang biasa disapa Barry itu pernah juga belajar di SD Fransiscus Asisia, yang berada di Jl. Menteng Dalam, Jakarta Selatan.
Barry belajar di sekolah yang dikenal dengan sebutan 'SD Asisi' dari tahun 1969-1970. Dia duduk di kelas dua dan tiga. Barry disekolahkan di SD ini, karena inilah satu-satunya SD yang berada di dekat rumahnya. Saat itu, Barry tinggal bersama ibu kandungnya, Ann Dunham dan ayah tirinya, Lolo Soetoro, di sebuah rumah di Menteng Dalam.
Informasi mengenai jejak Barry ini disampaikan Rony Amir kepada detikcom, Rabu (5/7/2006). Rony yang kini bekerja di Bank Mandiri merupakan kawan sepermainan Barry saat tinggal di Menteng Dalam. Rumah Rony dan Barry hanya berjarak sekitar 20 meter.
"Saat itu, rumah Barry paling bagus di antara rumah-rumah lainnya. Bapak tirinya, Pak Lolo Soetoro, kalau tidak salah, adalah seorang kolonel yang bekerja di Pertamina," kata Rony.
Selain menjadi teman sepermainan, Rony dan Barry juga teman sekolah. Hanya saja, Rony tidak sekelas dengan Barry. Rony kakak kelas satu tingkat Barry. Rony tidak bisa memastikan di kelas berapa Barry bersekolah di SD Asisia itu. Namun, kemungkinan kelas dua dan tiga.
"Seingat saya, kelas dua dan tiga. Tahun 1969-1970-lah. Tapi, saya agak lupa juga," ujar Rony. Saat ini, gedung sekolah ini masih berdiri kokoh, bahkan sudah mengalami renovasi. Proses belajar mengajar di SD ini juga masih berlangsung.
Rony juga masih ingat betul wajah kecil Barry. "Badannya dulu tinggi besar. Rambutnya ikal, tapi kulitnya tidak terlalu hitam. Kalau saya lihat fotonya sekarang, saya masih ingatlah itu si Barry," ujar dia.
Sama seperti anak sebanyanya, Barry saat itu juga senang bermain. Yang diingat Rony, dari dulu Barry memang suka bergaul. "Memang cepat bergaul dia, meski bahasa Indonesianya dulu patah-patah. Wajar saja kalau dia sekarang jadi politisi di AS," kata dia.
Meski sering bermain dengan Barry, namun Rony tidak pernah masuk ke dalam rumah orangtua Barry. "Rumahnya paling besar, paling bagus. Tapi, memang selalu tertutup. Rumah itu memang milik Pak Lolo," ujar dia. Saat ini, rumah Lolo masih berdiri, tapi kabarnya sudah dijual ke orang lain.
Rony kehilangan Barry sekitar tahun 1971. "Tiba-tiba dia hilang begitu saja, tidak tahu ke mana. Setelah itu, saya nggak pernah ketemu," ujar dia. Menjelang kepindahan Barry, Rony yang saat itu berumur 10 tahun juga mendengar bahwa ibunda Barry dan Lolo bercerai. Tapi, kepastiannya seperti apa, Rony tidak tahu.
Bisa jadi, setelah meninggalkan rumah di Menteng Dalam, Barry dan ibundanya pindah ke rumah di Jl. Dempo, kawasan Taman Amir Hamzah, Matraman. Setelah pindah ke rumah baru, Barry kemungkinan pindah sekolah ke SD (Percobaan) 04 Besuki, Menteng. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
05/07/2006 12:20 WIB
Jejak Barack Obama
Keluarkan Buaya Saat Diganggu
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: www.barackobama.com
Jakarta - Barack Obama, senator AS yang kini disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008, tentu memiliki kenangan tak terlupakan saat hidup di Jakarta di masa kecilnya. Dia sering diganggu oleh anak-anak nakal di Menteng Dalam. Begitu diganggu, Barack langsung mengeluarkan buaya piaraannya.
"Begitu Barry mengeluarkan buaya dari dalam rumahnya, anak-anak yang mengganggunya langsung kocar-kacir," kenang Rony Amir, teman sepermainan Barry saat berkisah tentang masa kecil Barry, kepada detikcom, Rabu (5/7/2006). Barry adalah panggilan kecil Barack Obama.
Menurut Rony, Barack tinggal bersama ibu kandungnya, Ann Dunham dan ayah tirinya, Lolo Soetoro Mangunharjo, di sebuah rumah di Jl. H Ramli, Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Rumah yang ditempati Barry merupakan rumah paling besar dan paling bagus saat itu.
Rumah ini hingga kini masih berdiri, tepatnya di belakang apotik Safari. Tapi, rumah tersebut saat ini sudah bukan milik Lolo Soetoro. Kabarnya, rumah ini telah dijual Lolo ke orang lain. Lolo sendiri sudah meninggal dunia 2 Maret 1993.
Rumah Rony tidak jauh dari rumah Barry. Hanya terpaut sekitar 20 meter di jalan yang sama. Karena itu, wajar bila Rony mengetahui begitu banyak masa kecil Barry saat sama-sama tinggal di kawasan Menteng Dalam. Sangat sering Rony bertemu Barry untuk sekadar bermain.
Meski begitu, Barry tidak terlalu banyak bermain. Bapak-ibunya menerapkan disiplin yang ketat. "Kalau bermain, paling saat sore saja," ujar Rony.
Bagi anak-anak di kawasan Menteng Dalam, fisik Barry memang unik. Rambutnya ikal, dengan kulit hitam, tapi tidak terlalu hitam. Badannya bongsor, tinggi besar. Karena itu, anak-anak Menteng Dalam sering menggodainya dan bahkan ada yang menjitaknya ramai-ramai.
"Anak-anak yang sering mengganggu Barry bukan yang satu jalan sama kita. Tapi, anak kampung belakang," ujar Rony. Tapi, anak-anak yang mengganggu Barry hanya berani ramai-ramai. Tidak pernah mereka mengganggu seorang diri, karena takut terhadap Barry yang berbadan tinggi besar itu.
Bila anak-anak kampung Menteng Dalam mencoba menggangu, Barry langsung masuk ke rumah. "Dia keluar sambil membawa buaya untuk menakut-nakuti. Mengetahui Barry membawa buaya, anak-anak nakal itu langsung berhamburan," kenang Rony sambil terkekeh.
Saat itu, Barry memang memelihara buaya. Ukuran buaya itu juga tidak besar, sedang saja. Tapi, buaya itu sepertinya memang sudah tidak ganas. Buaya piaraannya itulah yang dijadikan jurus pamungkas bagi Barry untuk mengusir anak-anak Menteng Dalam yang mengganggunya.
Menurut Rony, Barry termasuk anak yang pintar bergaul. Tidak berapa lama setelah tinggal di Jl. H. Ramli, Barry yang belum fasih berbahasa Indonesia itu sudah banyak teman. Permainan yang sering dilakukan bersama saat itu adalah bermain gundu dan sepakbola.
Barry tinggal di kawasan Menteng Dalam sekitar tahun 1969-1970 dan bersekolah di SD Fransiscus Asisia. Pada tahun 1971, Barry pindah ke rumah di Jl. Dempo, Matraman, Jakarta. Saat tinggal di Jl. Dempo, Barry pindah sekolah ke SD (Percobaan) 04 Besuki, Menteng. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
06/07/2006 09:21 WIB
Jejak Barack Obama
Bersarung ke Musala, Lucu Deh!
Arifin Asydhad - detikcom
Jakarta - Barack Obama kecil masih diingat oleh teman-teman sepermainannya di Jakarta. Barry, panggilan Barack saat kecil, supel dan pandai bergaul. Selain bermain gundu dan sepakbola, Barry juga sering bersama teman-temannya ke musala.
"Kita dulu juga sering mengajak dia ke musala dekat rumah. Kalau pakai sarung, lucu deh," kata Rony Amir, teman sepermainan Barry saat tinggal di Jl. H. Ramli, saat berkisah mengenai kenangan bersama Barry kepada detikcom, Rabu (5/7/2006).
Sebenarnya, tanpa memakai sarung, Berry juga tampak lucu. Ini karena badannya cukup gemuk dan tinggi, serta berambut ikal. Ronny saat mengingat kenangan bersama Barry selalu tertawa. "Lucu pokoknya," ujar dia sambil terkekeh.
Barry dulu memang beragama Islam. Ayah kandungnya, Barack Husein Obama Sr adalah seorang muslim ahli ekonomi asal Kenya. Sebelum menikah dengan Ann Dunham, Husein Obama telah menikah dengan orang Kenya yang mendapat keturunan 7 anak. Semua saudara sebapak Barry ini beragama Islam.
Tapi, saat ini Barry sudah berpindah agama Kristen. Dia hidup bahagia bersama istrinya, Michelle, dengan dua putrinya.
Sejak terpilih sebagai senator AS dari Illinois, nama Barry semakin terkenal. Bahkan, saat ini dia disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008 yang akan bertarung di Konvensi Partai Demokrat melawan Hillary Rodham Clinton.
Meski sudah menjadi orang terkenal, namun Barry tetap menjaga hubungan baik dengan saudara-saudaranya dari Kenya. Informasi dari penyair Ikranagara, saat Barry dilantik sebagai senator AS di Washington DC awal Januari 2005 lalu, saudara-saudara Barry dari Kenya juga datang. Salah satunya bernama, H Yusuf.
Tentang sepak terjang Barry di AS, Rony Amir turut merasa bangga. Menurut Rony, sejak kecil, Barry memang suka bergaul. Barangkali inilah yang menjadi modal bagi Barry, sehingga menjadi politisi yang cukup disegani di AS.
Cukup terkejut juga Rony saat mendengar Barry menjadi orang top di AS. Padahal, semenjak kecil, Barry tidak beda dengan anak-anak Menteng Dalam yang senang main gundu dan sepakbola.
"Yang membedakan dengan kita hanyalah, saat itu badannya tinggi besar," ujar Rony yang kini bekerja di Bank Mandiri ini. Bila Barry datang ke Indonesia, Rony tenty saja berharap bisa bertemu dengannya.
Keterangan Foto:
Barry bahagia bersama keluarganya ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
06/07/2006 10:00 WIB
Jejak Barack Obama
Suka Pramuka, Sering Bagi Cokelat
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: www.barackobama.com
Jakarta - Junino Jahja (47) termasuk sahabat yang memiliki kenangan berkesan bersama Barack Obama di masa kecil. Selama sepekan terakhir, Junino selalu teringat dengan sahabatnya, yang dikenal dengan nama Barry itu. Dan tak disangka, Junino mendapati kisah tentang teman kecilnya itu di dalam berita detikcom.
"Saya benar-benar sedang ingat dia beberapa minggu terakhir. Saya tahu detikcom memberitakan Barack Obama. Tapi, saya gak ingat bahwa Barack adalah Barry. Setelah ada tulisan mengenai SD Besuki, saya baru ingat Barack adalah Barry, teman dekat saya," ujar Junino.
Junino berteman dengan Barry karena satu sekolah di SD (Percobaan) 04 Besuki, Jakarta Pusat. Memang, Junino tidak satu kelas dengan Barry. Junino satu kelas di atas Barry. "Seingat saya, dia kelas lima, saya kelas enam. Tapi, kalau tidak salah lho ya," ujar Junino.
Tapi, menurut Junino, bisa jadi dirinya kelas 5, sementara Barry kelas 4. Menurut informasi Onny Padmo, teman sekelas Barry, pada tahun 1971, Barry masuk kelas 4 dan hanya satu tahun. Saat Onny naik kelas 5, Barry sudah tidak ada lagi.
Junino mengenal dekat Barry saat sama-sama aktif di Pramuka. "Saya kenalnya di Pramuka. Saat itu, kita sudah di penggalang," aku pria yang kini menjabat Deputi Pengawasan Internal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini saat berbincang-bincang dengan detikcom, Kamis (6/7/2006).
Barry termasuk anak yang suka kegiatan Pramuka. Kegiatan-kegiatan tali temali, menyanyi, dan sebagainya selalu diikutinya. "Hanya saja, dia keteteran kalau sudah ada kegiatan fisik, seperti lari-lari. Dia agak lambat, karena badannya sangat gemuk. Dulu gemuk sekali," ujar mantan salah seorang direktur di PT Indosat ini.
Yang tidak terlupakan, setiap Barry mengikuti kegiatan Pramuka di sekolah, selalu membawa makanan. Ibu Barry selalu membekali Barry dengan makanan-makanan enak, seperti cokelat. "Saat di sekolah, Barry sering membagi-bagikan cokelat itu kepada saya dan teman-teman," kenang Junino.
Di mata Junino, Barry merupakan anak yang mengedepankan disiplin. Ketika waktu pulang sekolah, Barry langsung pulang, tidak bermain seperti anak-anak sebaya saat itu.
Barangkali ini juga pengaruh pendidikan orangtuanya. Ibunda Barry, Ann Dunham adalah bule asal Amerika Serikat, dan ayah tirinya, Lolo Soetoro Mangunharjo merupakan tentara berpangkat kolonel yang juga pegawai di Pertamina. "Setiap pergi dan pulang sekolah, Barry selalu diantar dan dijemput oleh ibunya," kata Junino.
Saat pertama kali mengenal Barry, Junino dan teman-teman juga sempat bertanya-tanya, mengapa kok Barry berambut keriting dan berkulit hitam, padahal ibunya orang bule, sedang bapaknya orang Indonesia. Saat itu, Junino dan kawan-kawan belum mengetahui bahwa ayah kandung Barry adalah orang Kenya, Afrika yang berkulit hitam.
Berteman dengan Barry, kata Junino, cukup menyenangkan. Orangnya easy-going. Barry sangat pandai bergaul. Seingat Junino, bahasa Indonesia Barry juga cukup lumayan. "Kita ngomong bahasa Indonesia kok," ujar dia. Barry juga seorang humoris, suka bercanda, pokoknya menyenangkan.
Saat akan meninggalkan Indonesia, Barry sempat menyampaikan kalimat berpisah kepada teman-temannya. "Saya mau pindah ke Amerika. Mudah-mudahan bisa ketemu lagi," kata Barry saat itu. Menurut Junino, ucapan selamat tinggal itulah yang paling terakhir dia dengar.
Setelah Barry pindah ke Amerika, Junino tidak pernah berkomunikasi lagi. Informasi tentang Barry juga tidak pernah Junino dapatkan. Dia juga baru saja mengetahui bahwa Barry saat ini menjadi senator AS. "Habat bener orang ini. Padahal dulu, orangnya santai-santai saja, jauh dari kesan serius," ujar dia.
Sebagai teman dekat, Junino juga berharap Barry bisa datang ke Indonesia. "Saya kesulitan mendapatkan kontak dia. Semoga dia bisa datang ke Indonesia dan kami bisa bertemu lagi," harap Junino.
Keterangan Foto:
Barry dikenal pandai bergaul. Gaya Barry saat menemui para pendukungnya. Pendukungnya tidak hanya orang keturuan Afrika, tapi juga orang kulit putih. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
06/07/2006 12:15 WIB
Jejak Barack Obama
Dor-doran di Hutan Asisi
Indra Subagja - detikcom
Foto: www.barackobama.com
Jakarta - Nama Barack Obama ternyata asing di telinga sebagian kawan sepermainannya. Oleh teman-temannya di Menteng Dalam, Jakarta Selatan, yang dikenal adalah Barry. Ada kesan mendalam antara Barry dengan teman-temannya di hutan Asisi.
"Maaf saya tidak tahu Barack Obama. Kalau Barry saya kenal," kata Go Tjiong Tack (46) sambil tersenyum ramah, saat ditemui di rumahnya, di Jl. H. Ramli, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Kamis (5/7/2006).
Pria yang akrab disapa Tata ini adalah teman sepermainan Barry, yang kini menjadi senator AS dari Partai Demokrat dan calon Presiden AS 2008. Sekitar tahun 1968, Tata mengenang Barry mendaftar di sekolah SD Fransiskus Asisi, yang terletak persis di belakang rumah mereka. "Barry pernah sekolah di sini. Dia masuk beberapa bulan setelah saya," ujar Tata.
Pria yang kini bekerja sebagai asisten seorang dokter ini menuturkan, sekolah mereka baru berdiri tahun 1967. Dirinya adalah angkatan yang pertama. Pada tahun 1968, Barry masuk ke kelas 2.
"Zaman dulu muridnya sedikit, jadi kita semua teman dekat. Kita dibagi dua kelompok, lalu main perang-perangan, dor..dor! Tanya saja Barry, ingat tidak hutan Asisi," cetusnya.
Meski terlihat berbeda dari teman-teman sekelasnya, menurut Tata, Barry adalah seorang anak yang pandai bergaul. Yang dia ingat, Barry punya buaya berukuran sekitar 70 cm.
"Dia bangga sekali punya buaya. Saya ingat juga Barry punya sepeda dan saya tidak. Dia biasa melintas dengan sepedanya mondar-mandir di depan rumah saya," urainya.
Meski anak warga negara asing dengan ibu yang berambut pirang, Barry yang berambut ikal dan berkulit gelap ini lancar menggunakan bahasa Indonesia. "Dia juga dikenal pandai bahasa Inggris," kata dia.
Pria yang masih melajang ini pun lalu mencoba mengingat-mengingat kembali kenangan tentang teman sepermainannya ini. "Barry dulu suka ngomong dan cerita soal Hawaii," kata dia.
Saat ditanya bagaimana perasaannya ketika Barry kini menjadi seorang senator dan calon presiden, pria berambut sebahu ini dengan mantap berkomentar, "Saya ingin bertemu Barry, saya terkejut luar biasa mendengar kabar tentang dia. Pokoknya selamat buat dia!" ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
07/07/2006 10:26 WIB
Jejak Barack Obama
Terdaftar Sebagai Barry Soetoro
Indra Subagja - detikcom
Jakarta - Wajar bila teman-temannya di Jakarta tidak mengenal Barack Obama. Mereka lebih mengenal Barry. Saat masuk ke SD Fransiskus Asisi di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Barack terdaftar sebagai 'Barry Soetoro'.
Dokumen yang didapatkan detikcom, Jumat (7/7/2006), Barry masuk ke SD ini dengan nomor urut 203. Dalam rapornya, Barry tertulis lahir di Honolulu, 4 Agustus 1961. Dalam dokumen itu, Barry tertulis sebagai warga negara Indonesia.
Barry masuk ke SD Fransiskus Asisi pada tanggal 1 Januari 1968 dan duduk di kelas 1B. Agama Barry yang tertulis dalam dokumen itu adalah Islam. Sementara ayahnya bernama L. Soetoro M.A, yang bekerja sebagai pegawai Dinas Geografi Ditjen Topografi TNI Angkatan Darat (AD).
Barry bersekolah di SD Asisi karena sangat dekat rumahnya. Rumah Barry berada di Jl. H Ramli, yang berada di belakang sekolah tersebut. Di rumah tersebut, Barry hidup bersama ibu kandungnya, Ann Dunham, ayah tirinya Lolo Soetoro, dan adiknya Maya Soetoro.
Barry termasuk angkatan kedua di SD Asisi ini. Sebab, sekolah Katolik ini berdiri pada 1967, sedangkan Barry masuk pada tahun 1968. Waktu Barry masuk, sekolah ini hanya ada dua ruangan kelas, alasnya pun masih pasir dan atap sekolak tanpa eternit. Barry duduk di kelas 1 B.
SD yang menjadi tempat sekolah Barry ini hingga sekarang masih berdiri. Bahkan, saat ini sekolah ini sudah berkembang dari TK, SD, SMP, SMU, dan SMK.
"Di kalangan Katolik sekolah ini masuk tingkat C. Sejak dari dahulu sampai sekarang sekolah ini biasanya untuk kalangan menegah ke atas," kata Maryadi (63) guru yang mengajar sekolah ini sejak tahun 1970.
Barry hanya bersekolah tiga tahun di SD Asisi. Barry hanya belajar sampai kelas 3. Pada tahun 1970, Barry pindah ke SD Percobaan 04 Besuki, Menteng, Jakarta Pusat. Saat pindah ke SD Besuki, Barry juga pindah rumah ke Jl. Dempo, Matraman, Jakarta.
Puluhan tahun tidak bertemu, teman-teman SD Barry di Jakarta akhirnya merindukannya. Awalnya, mereka tidak mengenal Barack Obama. Namun setelah mereka melihat fotonya, mereka pun baru paham bahwa si rambut ikal berkulit hitam itu adalah Barry.
Irma Dewi Sukanti, tetangga Barry saat tinggal di Jl. H Ramli, Menteng Dalam, juga mengaku hanya mengenal Barry. Irma adalah teman sepermainan Maya Soetoro, adik Barry. Rumah Irma berdampingan dengan rumah Barry.
"Saya mengenalnya Barry. Tapi, suatu saat saya pernah melihat dia menulis di dinding dengan tulisan 'Barack'. Oh ternyata nama aslinya Barack Obama," ujar Irma yang sudah puluhan tahun tidak bertemu Barry dan Maya.
Barry saat ini menjadi senator AS dari Partai Demokrat. Saat ini, Barry disebut-sebut sebagai calon Presiden AS 2008. Dalam konvensi Partai Demokrat, Barry diperkirakan akan mendapat saingan kuat dari Hillary Rodham Clinton, istri mantan Presiden AS Bill Clinton. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
10/07/2006 11:10 WIB
Jejak Barack Obama
Si Kidal di Bangku Belakang
Indra Subagja - detikcom
Foto: Indra Subagja
Jakarta - Kenangan akan Barack Obama saat tinggal di Indonesia masih terekam jelas. Fisiknya yang berbeda membuat senator AS dari Partai Demokrat dan calon presiden AS tahun 2008 ini mudah diingat. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), Barry - panggilan Barack - selalu duduk di belakang.
"Oh, ya. Yang postur tubuhnya lebih tinggi dari teman-teman sekelasnya, berkulit hitam seperti negro dan rambutnya keriting itu," kata wali kelas 1B SD Asisi masa 1967, Israella Pareira (62), saat di temui Detikcom di rumahnya, di Jl KH Ramli, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (6/7/2006).
Karena posturnya yang tinggi dan lebih besar dibanding dengan anak-anak lainnya, Barry pun biasa duduk di deret belakang. Dia tidak pernah duduk di bangku depan. "Dia selalu duduk di bangku belakang. Itu biar tidak menghalangi teman-temannya. Dia sebangku dengan temannya, Boyke," ucapnya.
Barack dikenal dengan nama Barry Soetoro, seperti yang tercantum dalam buku register SD Asisi, Menteng Dalam. Tercatat masuk pada 1 Januari 1968 dan duduk di kelas 1b. "Barry itu kalau menulis kidal, makan juga. Tulisannya bagus. Selain itu bahasa Inggrisnya fasih," kenang guru yang pensiun tahun 2004 ini.
Menurut dia, saat bersekolah di SD Asisi tahun 1968-1970, Barry biasa diantar oleh ibunya, Ann Dunham, hingga pintu gerbang. Yang dia tahu, ibunya memiliki ciri berambut pirang panjang, kurus, dan tinggi. Ibunda Barry sering dipanggil Ann Soetoro.
"Ibunya sangat care, kadang-kadang suka mengantar sampai masuk ke kelas. Ibunya juga biasa membekali sarapan Barry roti. Kalau istirahat barry selalu memakannya sepertinya itu makanan kesukaannya," ujar nenek dari beberapa orang cucu ini.
Bu Is, demikian dia biasa disapa, mulai mengingat-ingat kenangan akan muridnya itu. Menurut dia, meski berasal dari luar negeri dan memiliki fisik berbeda, Barry mudah bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Barry mudah beradaptasi. Dia sering keluar dan bermain-main dengan anak-anak Indonesia. "Dia juga suka bercanda," ucapnya.
Saat pertama kali masuk sekolah, Barry agak kesulitan memahami pelajaran yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya, Barry juga suka berbicara terbata-bata dalam bahasa Indonesia. "Saya selalu bertanya kepada dia apa ada yang tidak dia mengerti. Kemudian saya membimbingnya dan mengajarinya dalam bahasa Inggris. Kebetulan saya memiliki keahlian bahasa Inggris," ujarnya.
Lama kelamaan Barry lancar dan mengerti bahasa Indonesia. Saat itu prestasi belajarnya pun mulai meningkat. "Ketika awal masuk nilainya jelek, tetapi kemudian prestasinya jadi baik. Dia paling pintar pelajaran matematika, nilainya selalu bagus," tuturnya.
Dalam bergaul, meski Barry berkulit hitam, tidak ada teman-teman sekelas yang mengejeknya. "Pernah satu dua kali dia menangis diganggu anak-anak, tapi itu kan biasa anak kecil," imbuhnya.
Barry kecil dalam ingatan gurunya seorang anak yang cerdas dan baik. "Dia anak yang sopan, pintar, penurut, tidak pernah bertengkar dengan temannya dan anaknya aktif," ujar nenek yang masih terlihat sehat dan bersemangat ini.
Saat calon presiden AS ini bersekolah di SD Asisi, sekolah itu baru satu tahun berdiri. Waktu itu hanya ada 4 ruangan kelas, alasnya pun masih pasir dan atap sekolah tanpa eternit. "Teman-teman sekolah Barry waktu itu juga ada anak orang yang biasa saja, bahkan bersekolah tanpa alas kaki," ujarnya.
Bu Is mengaku baru mendengar kembali kabar muridnya baru-baru ini. Dia mengaku kaget dengan prestasi Barry yang kini menjadi senator AS dari Illinois dan menjadi calon presiden AS 2008. Sebagai mantan gurunya, Bu Is tentu ikut bangga. "Saya harap Barry mau berkunjung ke sekolah kami, kalau bisa memberikan bantuan," tandas dia.
Keterangan Foto:
Inilah kompleks sekolah Fransiscus Asisi. Saat ini, selain SD, juga ada SMP, SMA, dan SMK. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
10/07/2006 13:52 WIB
Jejak Barack Obama
Capres AS dari Gang Sempit
Arifin Asydhad - detikcom
Jakarta - Nama Barack Obama moncer di AS. Sementara di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Barack dikenal dengan nama Barry. Dulu, tahun 1968-1970, jalan-jalan di kawasan Jl. KH Ramli, Menteng Dalam -- daerah yang ditinggali Barry -- masih belum beraspal. Rumah Barry pun terletak di gang sempit.
Selama sekitar 3 tahun, 1968-1970, Barry tinggal di sebuah rumah cukup bagus berluas tanah sekitar 300 meter persegi. Rumah milik Lolo Soetoro Mangunharjo, ayah angkatnya, ini beralamatkan di Jl. KH Ramli Tengah nomor 16 RT 011/16. Hingga saat ini, rumah ini masih kokoh berdiri.
Barry saat ini menjadi senator AS dari negara bagian Illinois. Dia yang sempat bersekolah SD di Jakarta selama empat tahun ini (3 tahun di SD Asisi, 1 tahun di SD 04 Besuki) ini sekarang disebut-sebut sebagai calon Presiden AS tahun 2008. Dia akan bersaing dengan Hillary Clinton dalam Konvensi Partai Demokrat.
Menurut Zulfan Adi, mantan tetangga dan teman sepermainan Barry, kawasan Jl. KH Ramli pada tahun itu masih belum seramai sekarang. Saat ini, kawasan ini sungguh luar biasa padat. Akses jalan menuju kawasan ini juga sempit, pas untuk dua mobil saat berpapasan.
Bahkan, jalan menuju rumah Barry lebih sempit lagi, hanya muat untuk satu mobil. "Gang ini dari dulu ya seperti ini, tidak ada perubahan apa-apa sampai sekarang. Bedanya, dulu jalan tanah, sekarang sudah diaspal," ujar Zulfan Adi saat ditemui detikcom, Minggu (9/7/2006).
Adi sangat mengenal Barry. Rumah Adi hanya terpaut sekitar 20 meter dari rumah Barry. Hingga saat ini, Adi pun masih tinggal di rumah lamanya yang ditempati sejak tahun 1968 itu bersama ibu kandungnya. Adi masih sangat ingat tentang Barry kecil.
"Kami sering bermain dan bercanda," ujar Adi yang saat ini mengelola warung internet (warnet) di kawasan Menteng Dalam ini. "Dulu dia punya buaya. Kita sering menggodanya dengan kura-kura," kenang Adi.
Menurut Adi, dirinya bersama Rony Amir (sekarang karyawan Bank Mandiri) sangat sering bermain bersama Barry. "Dulu di sini masih sepi. Jadi, teman-teman saat itu ya masih sedikit. Teman-teman sepermainan ya kita-kita saja," ujar Adi, yang pernah menjadi Ketua RT 011/16 ini.
Saat itu, kawasan Jl. KH Ramli belum dipenuhi rumah seperti sekarang. Dulu masih banyak lahan kosong. Yang sering dilakukan Barry dan teman-teman saat itu adalah main perang-perangan. Istilah 'hutan asisi' yang saat itu dikenal teman-teman sepermainan ya tanah lapang di kawasan ini. Namun, saat ini tanah lapang yang dijadikan tempat bermain ini sudah tak tampak lagi.
Rony Amir mengaku, dalam bermain, Barry sangat disiplin. "Kalau bermain hanya waktu sore saja. Sepulang sekolah, dia tidak langsung main," ujar Rony yang bernostalgia bersama Adi tentang Si Barry. Saat bercerita, kedua teman Barry ini kadang-kadang tertawa karena mengingat kisah kecil Barry.
"Dulu badannya tinggi besar, rambut keriting. Bagi kami, anak ini aneh aja, lucu. Jarang ada orang seperti itu," ujar Adi.
Baik Adi dan Rony, tidak pernah memasuki rumah Barry. "Tidak pernah. Kita segan, karena ibunya bule," ujar Adi. Meski begitu, menurut Adi dan Ronny, rumah Barry saat ini masih belum banyak berubah. Hanya lantai saja yang sudah diganti oleh pemilik rumah yang baru.
Rumah peninggalan Barry saat ini sudah berpindah tangan. Rumah ini sudah bukan milik Lolo Soetoro, tapi sudah menjadi milik Ivan. Saat ditemui detikcom, Ivan mengaku membeli rumah ini pada tahun 2004 dari istri kedua Lolo, Ny Erna.
"Saya belum mengubah bentuk rumah. Saya hanya mengganti lantai saja. Dindingnya pun masih asli dari dulu, tidak berubah sama sekali," ujar Ivan. Adi dan Rony juga membenarkan bahwa rumah yang pernah ditinggali Barry ini tidak berubah bentuk sama sekali.
"Bentuknya masih belum berubah. Pagar rumah ini juga masih seperti dulu," ujar Rony sambil menunjuk pada pagar rumah bercat coklat tua itu. Pagar rumah Barry ini terbuat dari besi. Bangunan rumahnya berlantai dua di bagian belakang.
Keterangan Foto:
Inilah jalan menuju rumah Barry. Sekarang sudah diaspal (atas). Bagian dalam rumah Barry. Bangunan masih asli, belum ada perubahan (bawah) ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
11/07/2006 08:15 WIB
Jejak Barack Obama
Barry ke Hawaii, Ann Dunham Jadi Konsultan BRI
Arifin Asydhad - detikcom
Jakarta - Kepergian Barack Obama dari Indonesia menuju Hawaii, ternyata tak diikuti oleh ibu kandungnya, Ann Dunham. Hingga akhir hayatnya, sekitar tahun 1995, Ann tetap lebih sering di Jakarta, meski sering juga balik kampung ke Hawaii.
Penelusuran detikcom, Barack yang semasa kecilnya dipanggil Barry, tinggal di Jakarta selama 4 tahun, antara tahun 1968-1971. Saat merasakan udara Jakarta, Barry berusia 7 sampai 10 tahun.
Selama tiga tahun, Barry sekolah di SD Fransiskus Asisi, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, dari kelas 1 hingga kelas 3. Dan satu tahun, pada 1971, Barry bersekolah di kelas 4 SDN Percobaan 04 Besuki, Menteng.
Setelah menuju Hawaii pada tahun 1971, teman-teman sepermainan Barry di Jakarta sudah tidak pernah mendengar kisah pria keturunan AS-Kenya itu. Barry yang tamatan Universitas Chicago dan Harvard Law School itu akhirnya menjadi senator di Illinois pada akhir 1990-an.
Dan mulai awal 2005, Barry terpilih sebagai senator AS dari Illinois. Namanya kini semakin terang, karena disebut-sebut sebagai calon Presiden AS untuk tahun 2008. Jika jalan yang dilaluinya mulus, maka Barry akan bersaing dengan Hillary Rodham Clinton untuk menjadi calon Presiden AS tahun 2008 dari Partai Demokrat.
Barry pulang ke Hawaii pada tahun 1971, tidak lama setelah ibu kandungnya, Ann Dunham, bercerai dari Lolo Soetoro. Pernikahan Ann-Lolo sendiri menghasilkan satu anak perempuan yang manis dan cantik bernama Maya Kassandra Soetoro.
Di Hawaii, Barry diasuh oleh neneknya, Madelayne Dunham. Oleh neneknya, Barry disekolahkan di sekolah yang baik. Sementara Ann Dunham tetap tinggal di Jakarta bersama Maya. Saat remaja, Maya pun akhirnya disekolahkan oleh Ann Dunham ke Hawaii. Kini, Maya menjadi salah satu pengajar di Universitas Hawaii.
Mengapa Ann tidak juga memilih meninggalkan Jakarta? Sejak tinggal di Jakarta bersama Lolo, Ann bukanlah hanya sebagai ibu rumah tangga. Namun, lulusan Universitas Hawaii ini bekerja di USAID, lembaga donor Amerika Serikat. Kecintaannya pada pekerjaan di Indonesia inilah yang membuat Ann bertahan hingga sekitar tahun 1995, sebelum akhirnya meninggal dunia.
Meski tetap di Jakarta, namun Ann sering tilik kampung di Honolulu. Bahkan, sekitar tahun 1980-an, Ann sempat sekolah kembali di Universitas Hawaii dan menggondol titel MA di bidang Anthropologi.
Lantas pada tahun 1992, Ann juga mendapatkan titel PhD dari universitas yang sama dengan tesis terkait kehidupan di Jawa. Tesis Ann berjudul 'Cultural, The role of cottage industries as a subsistence alternative for peasant families on Java'.
Dalam bidang karir, Ann juga terlibat dalam bidang perbankan. Salah satunya, Ann pernah menjadi konsultan untuk BRI (Bank Rakyat Indonesia) pada tahun 1990-an. Salah satu proyek yang pernah dikerjakannya adalah mengenai Kupedes, salah satu produk kredit BRI. Saat itu, Kupedes cukup terkenal di pedesaan-pedesaan di Indonesia.
Dalam beberapa sumber, Ann disebut bergabung dalam Women's World Banking (WWB) pada Februari 1993, sebagai koordinator kebijakan dan penelitian. Ann juga memiliki pengalaman selama 15 tahun di pengembangan usaha kecil dan perbankan pedesaan, terutama di Asia.
Eti Hayati (51), salah seorang perempuan yang sering berhubungan dengan Ann Dunham menceritakan, dengan pekerjaannya itu, Ann sering ke luar daerah di Indonesia. "Dia sering ke Semarang, Yogya, Pekalongan, Bali, dan lain-lain. Sering pergi-pergi," kata Eti, yang pernah menjadi tetangga Ann di kawasan Jl. KH Ramli, Menteng Dalam, Jakarta Selatan sekitar 1968-1971.
Menurut Eti, rumah Ann di Jakarta juga sering berpindah-pindah. Dalam ingatan Eti, Ann yang sering dipanggil dengan 'Tante Anne' ini pernah tinggal di Kebalen, Blok S, Jakarta Selatan. Ann juga pernah tinggal di Jl. Senjaya. Terakhir, Eti mengetahui Ann tinggal di Jl. Daksa, Kebayoran Baru.
"Saya terakhir ketemu Tante Anne sekitar tahun 1995. Setelah itu, Tante Anne sakit dan dilarikan ke RS di Hawaii. Beberapa saat kemudian, saya telepon kembali ke rumahnya, dan ternyata sudah meninggal dunia di Hawaii," ujar Eti yang kini tinggal di kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur itu saat ditemui detikcom, Minggu (9/7/2006).
Sementara Dijasinur Sirait, salah seorang pembaca detikcom membenarkan bahwa Ann Dunham yang saat itu sering menyebut dirinya dengan nama 'Ann Soetoro' pernah tinggal di Candi Baru, Semarang. Ann tinggal di Semarang, antara tahun 1979-1981. Menurut Djasinur, Ann berada di Semarang untuk proyek bantuan USAID. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
12/07/2006 10:02 WIB
Jejak Barack Obama
Makan Ikan, Duh.. Asinnya!
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: detikcom/koleksi Irma Sukanti
Jakarta - Barack Obama kecil memang sering jadi bulan-bulanan oleh teman-temannya selama tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Barry, begitu Barack dipanggil saat tahun 1968-1971, sering digoda. Salah satunya, Barry pernah dikasih ikan dan disuruh memakannya. Duh asinnya...
"Yang dikasihkan ke Barry itu ikan asin. Saat itu dia tidak tahu kalau itu ikan asin. Ya kontan saja, dia langsung melepehnya," kata Suwardi (67), saat menceritakan tentang kisah Barry saat ditemui detikcom di rumahnya, di kawasan Jl. H Ramli, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Selasa (11/7/2006).
Suwardi merupakan pemilik rumah persis di belakang rumah yang pernah ditinggali Barry. Saat itu, Barry bersama ibu kandungnya, Aan Dunham, tinggal di rumah Lolo Soetoro, yang tidak lain adalah ayah tirinya. Di masa itu, Suwardi merupakan teman dekat Lolo. Karena itu, wajar bila Suwardi mengenal cukup dekat Barry.
"Dulu Barry sering main di sini. Anak laki-laki saya yang sering bermain dengan Barry," ujar bapak tiga anak ini. Anak laki-lakinya, Asep Suyatna, menjadi teman Barry setiap saat, sementara anak perempuannya, Irma Dewi Sukanti, menjadi teman Maya Kassandra Soetoro, adik Barry.
Menurut Suwardi, dulu di seberang rumah Barry ada warung milik H Asmari. Pak haji Asmari inilah yang sering menggoda Barry. "Barry itu perawakannya kan lucu. Badannya tinggi, rambutnya keriting. Jadi, orang-orang di sini gemes," ujar dia.
Nah suatu saat, Barry bermain ke warung H Asmari. "Dia dikasih ikan asin itu. Dikiranya mungkin ikan enak ya....langsung saja dimakan. Kita semua tertawa saat melihat dia keasinan," kata pria yang menetap di kawasan H Ramli sejak tahun 1965 ini.
Saat itu, Barry juga suka digoda, karena saat itu belum lancar bahasa Indonesia. "Bisanya saat itu bahasa Inggris. Bahasa Indonesia hanya sedikit-sedikit. Tapi, lama kelamaan ya akhirnya bisa Bahasa Indonesia, karena sering bermain sama anak-anak di sini," ujar dia.
Suwardi cukup kaget juga dengan nasib Barry yang cukup baik di Amerika Serikat (AS). "Saya bangga juga. Dulu di sini sering digodain kok sekarang jadi 'orang' di sana," kata Suwardi. Barry saat ini menjadi senator AS dan disebut-sebut sebagai calon Presiden AS tahun 2008.
Pelihara Banyak Hewan
Suwardi juga bercerita saat itu Barry memelihara banyak hewan. Yang sering dibawa-bawa oleh Barry adalah buaya kecil. "Tapi, di dalam rumah dia juga melihara lutung (semacam kera)," ujar Suwardi.
Sementara Irma Dewi menambahkan, Barry juga memelihara anjing. Gara-gara ada anjing itulah, banyak anak-anak Menteng Dalam yang tidak berani mendatangi rumah Barry.
Irma mengaku saat itu sering bermain di rumah Barry. "Saya sering dipanggil Mbak Maya. Kalau sudah dipanggil, ya saya datang. Kalau saya datang, hewan-hewan milik Barry itu langsung dimasukkan ke kandang," ujar Irma, yang sekarang aktif di proyek-proyek USAID ini.
Irma memasuki rumah Barry tidak lewat pintu depan. "Saya manjat pohon rambutan saja, karena pohon rambutan itu dahannya sampai rumah Barry," ujar Irma. Irma dan Maya paling senang bermain boneka.
Saat itu, Irma berumur sekitar 3 - 4 tahun. Saat itu Irma sempat bertanya-tanya mengapa Barry berkulit hitam dan berambut kriting, sementara Maya berkulit putih cantik. "Mbak Maya cantik sekali. Rambutnya kecoklat-coklatan. Dulu gemuk banget," kenang Irma.
Hingga kini, Irma masih mengoleksi foto Barry dan Maya. "Tapi, setelah saya cari-cari, yang ketemu hanya foto Barry. Foto Maya entah ke mana. Foto Maya yang saya punya pakai bunga-bunga ala Hawaii," ujar Irma.
Keterangan Foto:
Barry saat berumur sekitar 10 tahun saat tinggal di Jakarta. Badannya tinggi berambut ikal. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
12/07/2006 13:34 WIB
Jejak Barack Obama
Ayah Tiri Barry dan Ayam Aduan
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: detikcom/koleksi Irma Sukanti
Jakarta - Kisah Barack Obama alias Barry di Indonesia menarik untuk dijelajahi. Setelah berpuluh-puluh tahun meninggalkan Jakarta dan terbang ke AS, Barry masih ingat dengan kandang ayam. Maklum, ayah tiri Barry, Lolo Soetoro, sangat senang dengan ayam aduan.
Barry saat ini menjadi senator AS dari negara bagian Illinois. Pria keturunan AS-Kenya ini sekarang disebut-sebut sebagai calon Presiden AS tahun 2008. Dia akan bersaing dengan Hillary Rodham Clinton dalam konvensi Partai Demokrat.
Sebelum menjadi senator AS, Barry pernah mengkritik kebijakan Presiden Bush yang melakukan invasi ke Irak. Barry juga peduli dengan flu burung yang melanda Indonesia.
Suatu waktu, Barry pernah mengaitkan penularan flu burung dengan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam memelihara ayam. Dia teringat saat tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, banyak tetangganya yang memelihara ayam di pekarangan dan sekitar rumah.
Bicara soal ayam, ternyata Lolo Soetoro juga senang memelihara ayam. Tapi, suami kedua ibunda Barry, Ann Dunham, ini lebih suka memelihara ayam aduan.
"Pernah suatu subuh, Pak Lolo tiba-tiba sudah nongkrong di halaman belakang rumah saya. Dia melihat ayam jantan saya," ujar Suwardi, tetangga Lolo saat tinggal di kawasan Jl. H Ramli, Menteng Dalam, saat bercerita tentang Barry kepada detikcom, Selasa (11/7/2006).
Ayam Suwardi ini memang oke, selalu menang jika diadu. "Pak Lolo tertarik sama ayam saya. Kemudian, dia membawa dua babon (ayam betina) untuk ditukarkan dengan ayam saya itu. Saya senang aja," ujar Suwardi yang kini berusia 67 tahun ini. Menurut Suwardi, Lolo memang sangat senang dengan ayam aduan.
Selain senang memelihara ayam, Lolo juga senang memelihara hewan-hewan lain. Di rumahnya, Lolo memelihara buaya, lutung, dan anjing. Barry tinggal bersama Lolo di Jl. H Ramli ini sekitar tahun 1968-1971.
Barangkali yang diingat Barry mengenai pemeliharaan ayam di belakang rumah saat berbicara mengenai flu burung adalah ayam-ayam milik Suwardi ini. Saat itu, Suwardi memang memiliki beberapa ayam yang dikandangkan di halaman belakang rumah. Rumah Suwardi dan Lolo memang bersebelahan. Barry pun sering bermain ke rumah Suwardi.
Tentang Lolo
Menurut Suwardi, Lolo merupakan tetangga yang baik dan bisa bergaul dengan para tetangga lainnya. "Pak Lolo itu perawakannya agak gemuk pendek. Dia cukup bergaul dengan para tetangga," ujar Suwardi.
Tentang pekerjaan Lolo, Suwardi tidak mengetahui secara jelas. "Setahu saya dia bekerja di Pertamina, tapi ahli topografi (pemetaan)," ujar Suwardi. Sekitar tahun 1971, Lolo bercerai dengan Ann Dunham, ibunda Barry.
Setelah bercerai, Ann Dunham pindah rumah, sementara Lolo masih berada di rumah di Menteng Dalam itu. Setelah menikah lagi dengan Ny Erna, Lolo pindah ke Sawangan, Depok. Lolo meninggal dunia pada 2 Maret 1993 dan dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Kisah tentang Lolo Soetoro juga diceritakan oleh Zulfan Adi, teman sepermainan Barry yang pada tahun 1970-an dekat dengan Lolo. "Pak Lolo orangnya sederhana, tidak sombong, dan suka bercanda," ujar Adi saat berbincang-bincang dengan detikcom.
Lolo juga dikenal sangat kuat untuk mengobrol dan begadang. "Kalau baru kenal dia, sepertinya memang pendiam. Tapi, kalau sudah dekat seperti saya, bisa sampai pagi ngobrolnya," kata Adi.
Yang tidak pernah terlupakan oleh Adi lainnya adalah Lolo suka mentraktir makan. "Saya selalu diajak pergi makan. Nggak pelitlah," kata dia.
Keterangan Foto:
Barry berusia sekitar 10 tahun saat tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
13/07/2006 10:56 WIB
Jejak Barack Obama
Digoda Cokelat Rasa Terasi
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: detikcom/koleksi Irma Sukanti
Jakarta - Benda berwarna hitam kecokelatan itu tidak dikenal Barack Obama alias Barry. Tapi, teman-teman di Menteng Dalam, Jakarta Selatan meyakinkan Barry bahwa itu cokelat asli Indonesia. Dimakanlah makanan itu. Huekkk!! Ternyata terasi!
Itulah salah satu kenangan Eti Hayati (51) terhadap Barry saat tinggal di KH Ramli, Menteng Dalam, Jakarta Selatan, sekitar tahun 1968-1971. Saat itu, Eti bersama orangtuanya tinggal sekitar 20 meter dari rumah Lolo Soetoro yang menjadi tempat tinggal Barry.
Eti cukup terkejut dengan prestasi Barry yang saat ini menjadi senator AS dari negara bagian Illinois dan bahkan disebut-sebut sebagai calon Presiden AS tahun 2008. "Masak sih? Ya Allah, dulu sering digodain lho saat kecil oleh teman-temannya. Soalnya orangnya lucu," ujar Eti kepada detikcom.
Eti yang 6 tahun lebih tua daripada Barry cukup mengenal Barry saat itu. Sebab, kala itu Barry sering bermain ke rumah Eti. "Kakak dan adik saya kan banyak yang laki-laki. Jadi, Barry senang bermain ke rumah, karena rumah saya banyak laki-laki," kata perempuan yang memiliki 6 saudara kandung ini.
Menurut Eti, perawakan Barry sangatlah mudah dikenal. "Meski anaknya baru umur 9-10 tahun, tapi badannya sudah tinggi. Yang lucu lagi, rambutnya keriting, kan aneh," ujar istri Ilham ini.
Karena itulah, Barry sering digodain oleh anak-anak Menteng Dalam. "Yang paling lucu ya saat dikasih terasi itu. Anak-anak saat itu bilangnya cokelat. Terus dimakan sama Barry. Kasihan banget deh pokoknya," kata Eti sambil terkekeh.
Saat itu, Barry juga belum bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Kalimat yang sering diungkapkan oleh Barry saat itu, "Kamu curang, kamu curang". Kalimat itu diucapkan Barry ketika dinakalin atau digodain oleh teman-temannya.
Nama Barry saat itu juga dibuat ledekan. "Dia sering dipanggil Barry-Barry Koloso, plesetan dari Peri-peri Koloso yang nge-tren saat itu," kisah Eti.
Salah satu teman Barry yang sering menggodanya adalah Zulfan Adi dan Yul, adik kandung Eti. "Saat itu, saya dan Yul pernah menakuti Barry dengan membawa kura-kura. Dia takut sekali dan langsung masuk ke dalam rumah," kata Adi.
Setelah menggoda Barry, Adi dan Yul pun tertawa. Tidak hanya sekali Adi menggoda Barry. "Pernah suatu saat, sepulang sekolah, kami cegat di depan rumah saya. Dia langsung lari terbirit-terbirit masuk ke rumahnya," ujar dia.
Namun, ketika digoda seperti itu, Barry pun memiliki jurus untuk melawannya. Barry tidak segan-segan mengeluarkan buaya piaraannya. Kali ini, giliran anak-anak Menteng Dalam yang berlarian.
Foto:
Barry saat berumur 9-10 tahun ketika tinggal di Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Badannya tinggi berambut ikal. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
14/07/2006 10:59 WIB
Jejak Barack Obama
Daster Batik Tante Anne
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: detikcom/koleksi Irma Sukanti
Jakarta - Ann Dunham, ibunda Barack Obama alias Barry, tinggal di Jakarta berpuluh-puluh tahun. Di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, Ann sering dipanggil Tante Anne. Meski orang bule, namun Anne suka batik. Dia sangat senang daster batik.
"Saya sering diminta menjahit daster Tante Anne. Kebanyakan batik, dia suka kain batik," kata Eti Hayati (51), tetangga Anne pada tahun 1968-1971 di Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Setelah Anne tidak tinggal lagi di Menteng Dalam, Anne tetap masih ingat dengan Eti.
"Karena Tante Anne tahu kalau saya bisa menjahit, dia akhirnya sering meminta dijahitkan daster," ujar Eti yang hingga saait ini masih berprofesi sebagai penjahit. Anne menjadi langganan tetap Eti hingga tahun 1995, sebelum Anne meninggalkan Indonesia dan pulang ke Hawaii karena sakit.
Sewaktu tinggal di Menteng Dalam, Eti yang enam tahun lebih tua daripada Barry, memang cukup dekat dengan Anne. Eti dan Barry juga sering bertemu, karena rumah orangtua Eti saat itu menjadi tempat bermain Barry.
"Tante Anne saat itu juga sering main ke rumah saya, ikut arisan dengan para tetangga. Sementara Barry bermain dengan adik-adik saya," ujar dia saat berbincang-bincang dengan detikcom. Eti cukup kaget juga dengan prestasi Barry saat ini yang menjadi senator AS dari Illinois dan disebut-sebut sebagai calon Presiden AS tahun 2008.
Berdasarkan cerita Eti, setelah bercerai dengan Lolo Soetoro, Anne kemudian pindah rumah. Anne mengajak Barry dan adiknya, Maya Soetoro, tinggal bersama. Namun sekitar tahun 1971, Anne memulangkan Barry ke Hawaii untuk bersekolah di sekolah yang lebih baik. Di Hawaii, Barry diasuh neneknya, Madelayne Dunnham.
Sementara Anne dan Maya tetap berada di Jakarta. Anne pindah rumah berkali-kali. "Saat itu, Tante Anne memang bekerja. Setahu saya dia pernah bekerja terkait dengan Kupedes BRI," kisah Eti. Beberapa tahun kemudian, Anne juga menyekolahkan Maya ke Hawaii. Saat ini, Maya menjadi staf pengajar di Universitas Hawaii.
Anne tercatat pernah tinggal di Jl. Dempo, Matraman. Anne juga pernah tinggal di Kebalen, Blok S. Perempuan berambut pirang dan berpostur tubuh besar ini juga pernah tinggal Jl. Daksa, Kebayoran, dan Jl. Senjaya. "Tapi, kadang-kadang sekali-kali menengok rumah di Menteng Dalam. Kalau pas nengok rumah, Tante Anne mampir ke rumah saya," ujar dia.
Waktu terus berlalu. Sekitar tahun 1990, tiba-tiba Tante Anne mendatangi rumah Eti. "Saat itulah, saya pertama kali mendapat order jahitan dari Tante Anne," ujar perempuan yang kini tinggal di Pondok Kelapa, Jakarta Timur itu.
Hubungan Eti dengan Tante Anne pun semakin dekat. Berkali-kali Tante Anne meminta dijahitkan baju dan daster, hingga tahun 1995-an. "Dia paling sering membawa kain batik. Biasanya dia beli kain saat berkunjung ke Yogya dan Pekalongan," ujar dia.
Kontak Eti dengan Tante Anne terputus sekitar tahun 1995 itu. Saat itu, Tante Anne tinggal di Jl. Senjaya. "Ketika itu, saya lupa tanggalnya, tapi tahun 1995, saya telepon ke Jl. Senjaya. Dari situlah saya mendapat informasi kalau Tante Anne sakit dan dibawa ke Hawaii," kata Eti. Tidak lama kemudian, Eti mendengar kabar bahwa Tante Anne meninggal dunia di Hawaii.
Selama tahun 1990-1995, saat Anne masih hidup di Jakarta, Eti pernah berkali-kali bertemu dengan Maya. "Maya orangnya cantik. Orang Indo sih ya.. Dia sering ke sini liburan. Tapi, kalau Barry saya nggak pernah lihat ke Indonesia lagi," tutur Eti.
Tante Anne di mata Eti adalah orang yang sangat baik. Meski sudah bercerai dengan Lolo Soetoro, tapi Anne masih berhubungan baik dengan mantan suaminya itu. "Saat Pak Lolo sakit, Tante Anne pernah menawarkan kepada Pak Lolo untuk dirawat ke Hawaii. Tante Anne yang menanggung biayanya," ujar istri dari Ilham ini.
Tapi, Eti tidak tahu persis apakah Lolo menerima tawaran Anne atau tidak. Yang pasti, pada 2 Maret 1993, Lolo meninggal dunia di RS Pusat Pertamina Jakarta. Lolo dimakamkan di TPU Tanah Kusir. Saat Lolo meninggal, Maya sempat pulang ke Indonesia untuk menghadiri pemakaman ayah kandungnya itu.
"Saat Pak Lolo meninggal, Maya datang ke sini," kata Irma Dewi Sukanti, teman sepermainan Maya saat tinggal di H Ramli, Menteng Dalam. Sementara Barry saat itu tidak ikut datang ke Jakarta.
Foto:
Barack Obama saat berumur 9-10 tahun ketika tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
17/07/2006 10:15 WIB
Jejak Barack Obama
Barry dan Kostum Madura
Arifin Asydhad - detikcom
Foto: detikcom/koleksi Irma Sukanti
Jakarta - Kaos putih bergaris-garis merah. Pernah melihat kan? Kaos bercorak seperti ini sering dikenal sebagai kostum ala Madura. Nah, saat kecil, Barry - panggilan kecil Barack Obama - sering mengenakan kaos bercorak Madura ini.
"Yang masih saya ingat, dulu Barry sering mengenakan kaos putih bergaris-garis merah itu, seperti yang sering dipakai orang Madura itu lho," ujar Rony Amir, teman sepermainan Barry saat tinggal di kawasan Jl. H Ramli, Menteng Dalam, Jakarta Selatan sekitar tahun 1968-1971.
Teman-teman sepermainan Barry cukup surprise sat mengetahui bahwa Barry kini sudah menjadi 'orang' di Paman Sam. Sekarang Barry menjadi senator AS dari Illinois dan disebut-sebut sebagai calon Presiden 2008 yang akan bertarung di Konvensi Partai Demokrat melawan Hillary Clinton.
Meski Barry sudah menjadi orang top, namun teman-teman Barry di Indonesia masih sering tertawa saat mengingat kenangan bermain bersama Barry. Saat Zulfan Adi dan Rony Amir bertemu, keduanya menceritakan tentang kisah Barry sambil tertawa-tawa.
"Memang lucu orangnya. Ya badannya tinggi besar, tapi rambutnya keriting," kata Rony dan Adi, kepada detikcom. Bahkan, menurut Adi, dirinya sering menggoda dan menakut-nakuti Barry. Suatu saat, Adi pernah menakut-nakuti Barry dengan kura-kura. Barry pun lari ketakutan.
Memakai pakaian apa pun, Barry memang terlihat lucu. Apalagi saat mengenakan kaos ala Madura itu. "Saya tidak tahu mengapa Barry sering mengenakan kaos seperti itu. Lucu aja," terang Rony, yang sekarang bekerja di Bank Mandiri ini.
Barry tidak hanya digoda oleh teman-teman sepermainannya saja. Para orang tua di kawasan Menteng Dalam juga sering mengganggunya. Salah satunya, H. Asmari. Rumah H Asmari hanya berjarak sekitar 10 meter dari rumah Lolo Soetoro, ayah tiri Barry.
Menurut Suwardi, salah seorang tetangga yang dulu sempat dekat dengan Lolo, H Asmari yang paling sering menggoda Barry. "Pak Haji sering meledek dia. Bahkan, Pak Haji sering mengilikitik Barry," ujar dia.
Kalau sudah dikilikitik, Barry pun lari sambil tertawa-tawa geli. H Asmari telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Bila diceritakan mengenai kisah ini, tentu Barry masih ingat.
Suwardi juga menuturkan, pernah suatu saat kampungnya pernah dikhawatirkan dengan hilangnya buaya piaraan Barry. Semua orang khawatir bila buaya yang kabur itu akan bertindak ganas, meski sebenarnya buaya piaraan Barry hanyalah buaya kecil. "Tapi, setelah dicari-cari sama tetangga-tetangga, buaya itu pun ditemukan," kata Suwardi.
Saat itu, di rumah Barry, memang banyak hewan piaraan. Selain buaya, juga ada anjing, lutung, dan ayam. Barry sering membawa buayanya ke luar rumah saat dirinya diganggu oleh teman-teman sepermainannya saat itu. ( asy )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
» DETIKNEWS
Kamis, 09/11/2006 11:27 WIB
Barack Obama, Kunci Kemenangan Partai Demokrat
Arifin Asydhad - detikinet
Barack Obama (foto: situs Barack Obama)
Jakarta - Kemenangan Partai Demokrat dalam perebutan kursi House of Representatives dan Senat Amerika Serikat (AS) mengingatkan kembali tentang sosok Barack Obama. Dia turut berperan besar dalam kemenangan pemilu sela yang baru saja digelar.
Dalam pemilihan umum kali ini, Barack Obama memang tidak mengikuti pemilihan apa pun. Sebab, dia masih tercatat sebagai anggota Senat AS hasil pemilu 2004 lalu dari negara bagian Illinois. Dan untuk pemilihan tahun ini, negara bagian Illinois memang tidak menggelar pemilihan senat, yang ada hanya pemilihan untuk anggota House of Representatives.
Meski tidak mengejar apa pun dalam pemilihan umum kali ini, bukan berarti Obama tidak sibuk. Situs US News bahkan menyebutkan Obama sebagai pemenang besar dalam pemilihan umum yang dimenangkan Partai Demokrat ini. Dia sangat berjasa atas kemenangan Partai Demokrat, karena mendukung kader-kader Demokrat dalam berkampanye.
"Obama memang tidak mengejar apa pun dalam pemilihan umum ini, namun dia juga pemenang besar dalam pemilihan umum ini. Obama sibuk berkampanye untuk rekan-rekannya sesama Demokrat dan selama kampanye itu dia menunjukkan karisma yang luar biasa," demikian US News, Kamis (9/11/2006).
USA Today 7 November 2006 juga menuliskan hal yang sama. Meski baru memasuki tahun-tahun awal dari masa jabatan enam tahunnya di Senat (Obama baru dua tahun sebagai senator AS-Red), namun bintang Obama bersinar dengan cepat di kalangan Partai Demokrat.
"Obama membangkitkan semangat banyak orang dengan pidato pentingnya di Konvensi Nasional Demokrat belum lama ini. Obama juga muncul sebagai penggalang dana bagi partai Demokrat," tulis USA Today.
Dalam pemilihan umum sela ini, Partai Demokrat berhasil menguasai kursi House of Representatives dan Senat. Ini merupakan kemenangan pertama Partai Demokrat mengalahkan partai George Bush, Partai Republik, sejak 1994. Salah satu senator Partai Demokrat yang terpilih dalam pemilihan kali ini adalah Hillary Clinton yang mengalahkan pesaingnya dari Partai Republik di New York, John Spencer.
Hanya mengingatkan saja, Obama merupakan putra dari ayah Kenya dan ibu Amerika, yang merupakan orang kulit hitam kelima yang terpilih sebagai Senat AS. Semasa kecil, Obama pernah tinggal dan bersekolah di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, tahun 1970-an.
Selama tinggal di kawasan Menteng Dalam, Obama kecil sering disapa dengan Barry, lengkapnya 'Barry Soetoro'. Dia 'terdampar' di Indonesia setelah ibunda Barry, Ann Dunham, menikah dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Selama di Jakarta, Barry pernah bersekolah di SD Fransiscus Asisi dan SD Besuki Menteng. ( asy / nrl )
(c) 2006 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
Barack Obama saat tinggal di Jakarta (foto: koleksi Irma Sukanti)
Kamis, 09/11/2006 12:46 WIB
Barack Obama, Jadi Calonkan Presiden AS 2008?
Arifin Asydhad - detikfinance
Jakarta - Partai Demokrat memenangkan pemilihan umum sela di AS mengalahkan Partai Republik. Barack Obama, senator AS dari negara bagian Illinois, turut berperan dalam kemenangan ini. Akankah Barack Obama memberanikan diri menjadi calon Presiden AS 2008?
Hingga saat ini, setelah kepastian kemenangan Partai Demokrat, Obama belum memastikan langkah yang ditunggu para pendukungnya itu. Namun, saat akhir kampanye beberapa waktu lalu, Obama memberikan sinyal bahwa dirinya kemungkinan akan ikut dalam pemilihan Presiden AS 2008.
"Obama sibuk berkampanye untuk rekan-rekannya sesama Demokrat dan selama kampanye itu dia menunjukkan karisma yang luar biasa. Apalagi di akhir kampanye Obama mencetuskan bahwa dirinya akan mempertimbangkan kemungkinan dirinya untuk ikut pemilihan presiden 2008," tulis situs US News, Kamis (9/11/2006).
22 Oktober lalu, Obama memberikan penyataan bahwa dirinya kemungkinan akan mencalonkan diri sebagai Presiden 2008. Namun, Obama sepertinya masih ragu, karena dirinya juga sebenarnya menginginkan menghabiskan masa jabatan 6 tahunnya di Kongres. Karena itu, terhadap pertanyaan apakah dirinya akan maju sebagai calon presiden AS 2008, Obama berjanji akan membuat pernyataan setelah 7 November atau seusai pemilu sela.
"Mengingat respons yang saya terima selama beberapa bulan terakhir, saya mulai memikirkan kemungkinan itu (mencalonkan Presiden AS), meskipun tidak dengan serius," kata Obama.
"Fokus utama saya sekarang adalah 2006. Setelah 7 November, saya akan duduk dan mempertimbangkan dan jika pada satu titik saya berubah pikiran, saya akan membuat pengumuman publik," sambung dia.
Tapi, hingga Kamis (9/11/2006), Obama belum memberikan pernyataan kembali mengenai hal ini. Sebagai bentuk keseriusannya dirinya akan maju sebagai presiden AS 2008, Majalah Time pernah juga menjadikan Obama sebagai covernya, dengan headline berjudul "Mengapa Barack Obama akan menjadi presiden mendatang?".
Dengan kemenangan Partai Demokrat dalam pemilu sela, peluang kader Demokrat untuk menjadi presiden AS 2008 semakin terbuka. Namun, bila memang Obama memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden AS 2008, maka tentu bukan langkah mudah baginya. Di Konvensi Partai Demokrat, Obama akan berhadapan dengan Hillary Clinton, yang disebut-sebut sebagai politisi perempuan yang sangat berpeluang menjadi Presiden AS 2008.
Akankah Obama bisa menyingkirkan Hillary? Dalam berbagai kesempatan, Obama selalu merendah tentang dirinya. Dia sering menyebut dirinya sebagai politisi muda yang masih belum banyak pengalaman. Namun, daya tarik Obama memang tidak perlu diragukan.
Dalam pemilu sela tahun ini, Barack Obama memiliki karisma luar biasa. "Obama membangkitkan semangat banyak orang dengan pidato pentingnya di Konvensi Nasional Demokrat belum lama ini. Obama juga muncul sebagai penggalang dana bagi Partai Demokrat," tulis USA Today.
Sekadar mengingatkan, Obama merupakan putra dari ayah Kenya dan ibu Amerika, yang merupakan orang kulit hitam kelima yang terpilih sebagai Senat AS. Semasa kecil, Obama pernah tinggal dan bersekolah di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Selatan, sekitar tahun 1970-an.
Selama tinggal di kawasan Menteng Dalam, Obama kecil sering disapa dengan Barry, lengkapnya 'Barry Soetoro'. Dia 'terdampar' di Indonesia setelah ibunda Barry, Ann Dunham menikah dengan pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Selama di Jakarta, Barry pernah bersekolah di SD Fransiscus Asisi dan SD Besuki Menteng. (asy/nrl)
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
Barack Obama saat tinggal di Jakarta (foto: koleksi Irma Sukanti)
Kamis, 09/11/2006 13:44 WIB
Ikranagara: Bila Hillary Capres, Barack Obama Cawapres
Fitraya Ramadhanny - detikfinance
Jakarta - Senator AS dari Partai Demokrat Barack Obama kemungkinan akan maju sebagai calon Presiden AS 2008. Namun, dalam Konvensi Partai Demokrat, Barack Obama akan mendapat perlawanan kuat Hillary Clinton. Sejelek-jelek nasib, Barack akan bisa menjadi calon wakil presiden (cawapres), bila Hillary ditetapkan sebagai calon presiden (Capres).
"Hillary lebih berpengalaman dan dewasa dari Obama, walaupun Obama sangat populer," ujar mantan politisi Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga penyair Ikranagara kepada detikcom, saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Ikra cukup mengenal sosok Barack Obama. Ikra mengenal Barack sejak kecil yang akrab dipanggil Barry saat di Jakarta sekitar tahun 1970-an. Anak Ikra, Inu, sepermainan dengan Barack saat tinggal di kawasan Menteng, Jakarta.
Ikra sering mengunjungi kediaman Obama untuk bersilaturahmi dengan orang tua Obama, Lolo Soetoro dan Ann Dunham.
Ikra yang tinggal di AS sejak lima tahun lalu ini menilai Hillary dan Obama adalah dua calon kuat dalam konvensi Partai Demokrat mendatang. Keduanya lebih populer dari calon-calon lainnya. "Kemungkinan Obama menjadi cawapres kalau Hillary Clinton jadi capres," lanjut dia.
Yang jelas, seputar pencalonannya sebagai capres, kata Ikra, Obama masih malu-malu berkomentar. Menurut Ikra, pria yang mendapat dukungan penuh masyarakat kulit hitam ini memang low profile dan pandai mengukur diri. "Istrinya, Michelle Obama, sambil bercanda pernah berkata, masak dengan satu pidato hebat bisa jadi presiden," cetus Ikra.
Menurut Ikra, Obama bisa menjadi contoh yang baik bagi para senator (Dewan Perwakilan Daerah) di Indonesia. Meski kini berkantor di Washington DC, tapi Obama sangat sulit dicari di kota itu. Kenapa? "Kerjanya lebih banyak dihabiskan di Illinois, dia sangat dekat dengan daerah yang diwakilinya," ujar Ikra.
Ikra yang pernah diundang saat syukuran pelantikan Obama sebagai senator ini menuturkan, Obama tetap di Illinois dan secara rutin mengunjungi konstituennya dalam berbagai kesempatan. Selain didukung masyarakat kulit hitam, Obama juga didukung masyarakat kulit putih. Obama yang banyak mengangkat isu-isu kemiskinan yang menimpa masyarakat kulit hitam berhasil memposisikan dirinya di tengah. "Itulah keuntungan dia," lanjut Ikra.
Ikra yang kini tinggal di AS ini menjelaskan popularitas Bush dan Partai Republik melorot hingga tinggal 27 persen akibat kebijakan invasi Irak dan keterpurukan ekonomi. Dan Obama yang hadir sebagai politisi baru, muda dan populer menjawab kebosanan politik masyarakat AS itu. (asy/nrl)
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
» DETIKNEWS
Rabu, 10/01/2007 09:30 WIB
Laporan dari Washington
Peringatan Tsunami di AS, 'Senator Menteng' Barack Obama Hadir
Endang Isnaini Saptorini - detikinet
Washington DC - Tsunami yang sudah 2 tahun berlalu, tetap menjadi sorotan dunia. Peristiwa yang mengguncangkan dan menggugah banyak negara tersebut, akan diperingati bersama di Washington DC, 17 Februari 2007 yang akan datang. Hillary Clinton dan Barack Obama (di kalangan teman temannya di Indonesia dijuluki Senator asal Menteng) rencananya akan hadir.
Dari Washington DC, wartawan detikcom Endang Isnaini Saptorini, Rabu (10/1/2007) melaporkan, acara tersebut menurut rencana akan digelar di JW Marriott Hotel. Direncanakan ada 1.000 orang yang akan diundang. Undangan itu antara lain mantan presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton, serta dua senator yang berpotensi menjadi presiden AS pada Pemilu 2008, Hillary Clinton dan Barack Obama.
Untuk diketahui saja, Barack Obama adalah senator dari Partai Demokrat. Obama memiliki kedekatan dengan Indonesia. Pada masa kecilnya, saat ia duduk di bangku SD, Abama pernah tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Obama saat itu mengikuti ibunya, yang menikah dengan orang Indonesia. Teman sekolah Obama saat itu antara lain Emirsyah Satar, yang kini menjadi Dirut Garuda Indonesia.
Sedangkan Clinton adalah utusan khusus Sekjen PBB untuk Pemulihan pasca Tsunami. Ia sempat bertandang ke Aceh dua kali, untuk melihat perkembangan upaya rehabilitasi dan pembangunan kembali. Masa tugasnya baru saja berakhir pada Desember 2006 lalu.
Asia Relief, NGO yang memprakarsai acara ini akan menggelar Silent Auction, penyajian aneka hidangan dan pergelaran seni budaya, bekerjasama dengan Kedutaan Besar negara-negara yang terkena bencana, termasuk Indonesia, Thailand, Srilanka dan India.
Untuk mendukung acara ini, KBRI menyelenggarakan diskusi yang berkaitan dengan dua tahun terjadinya tsunami di Gedung National Press Building di Washington DC, Kamis (4/1/2007), yang lalu. Hadir dalam acara itu Eric Schwartz - Wakil Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Pemulihan pasca Tsunami dan Mark Ward-pejabat senior USAID (Badan Bantuan Pembangunan Internasional-Amerika Serikat) untuk Asia dan Timur.
Acara itu digelar atas kerja sama dengan National Press Club dan Asia Relief. Kedua pembicara membahas tentang upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami serta berbagai hal yang masih harus dikerjakan.
Masyarakat RI di Washington DC cukup antusias dengan acara penggalangan dana ini. Beberapa warga Indonesia kepada detikcom menyatakan kesediaan mereka untuk menjadi sukarelawan. "Tentu saja harapan kami yang paling utama adalah bantuan ini bisa sampai ke tangan yang berhak di daerah bencana," demikian ujar Gyon, salah satu warga di Washington DC. ( nrl / nrl )
(c) 2006 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
» DETIKNEWS
Rabu, 24/01/2007 12:59 WIB
Barack Obama Diserang Gara-gara 'Madrasah'
Arifin Asydhad - detikinet
Barack Obama. Saat ini menjadi senator (atas), Barack kecil saat tinggal di Jakarta (bawah)
Jakarta - Barack Obama serius untuk mencalonkan diri sebagai Presiden AS 2008. Pertengahan Februari 2007 nanti, Barack akan meresmikan niatnya untuk maju sebagai calon presiden. Tapi, belum apa-apa, Barack sudah diserang dengan isu 'madrasah'.
Serangan untuk Barack Obama muncul di banyak media di AS. Dari media internet, televisi, media cetak, dan lain-lain. Banyak juga kaum blogger yang mendiskusikan kaitan Barack Obama dengan 'madrasah' selama di Indonesia.
Entah apa sebetulnya yang membuat warga AS merasa gerah dengan 'madrasah', sehingga mempermasalahkan Barack dengan madrasah. Namun, ditilik dari berbagai artikel yang menjamur di internet, sebagian orang-orang AS menilai 'madrasah' sebagai sekolah bagi kaum muslim militan. Bahkan, ada artikel yang menulis madrasah menghasilkan ekstremis dan teroris.
Di Indonesia, madrasah merupakan istilah yang biasa didengar. Madrasah merupakan bahasa Arab yang berarti 'tempat belajar'. Biasanya, di madrasah, seseorang belajar tentang agama, meski tidak semua. Bahkan, Departemen Agama (Depag) juga menamakan sekolah-sekolah di bawahnya juga dengan madrasah. Ada Madrasah Ibtidaiyah setingkat SD, Madrasah Tsanawiyah setingkap SMP dan Madrasah Aliyah setingkat SMA, yang juga kurikulumnya hampir sama dengan sekolah-sekolah umum di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depkdiknas).
Karena itu, sangat keterlaluan bila 'madrasah' dianggap warga dan media AS sebagai sekolah orang muslim miltan, apalagi disebut sebagai tempat belajar yang melahirkan radikalisme dan terorisme. Jangan-jangan, isu 'madrasah' ini muncul ke permukaan publik AS sebagai upaya untuk menjegal laju Barack Obama menjadi presiden AS.
Seperti dikutip abc7chicago.com, Barack Obama membantah telah bersekolah di madrasah selama tinggal di Indonesia. "Ketika saya berumur 6 tahun, saya masuk ke sekolah umum Indonesia yang memang sebagian besar muridnya muslim, karena negara Indonesia berpenduduk 90% muslim. Tuduhan bahwa pada umur 6 sampai 7 tahun saya belajar sesuatu selain matematika, ilmu pengetahuan dan membaca adalah menggelikan," kata Obama mengomentari tuduhan dirinya bersekolah di madrasah.
Penelusuran detikcom, Barack yang di masa kecilnya dipanggil Barry, memang pernah tinggal di Indonesia. Barry tercatat pernah bersekolah di SD Fransiskus Asisi yang dikelola yasasan Katolik di Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Barry juga pernah bersekolah di SD Besuki yang berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat. Barry tinggal bersama ibu kandungnya, Ann Dunham dan ayah tirinya, Soetoro, Lolo Soetoro, antara tahun 1969-1971.
Barack Obama kini menjadi senator AS dari negara bagian Illinois. Politisi yang lulusan Harvard University ini mengaku pernah menjadi muslim. Untuk diketahui, ayah kandungnya merupakan seorang muslim dari Kenya. Namun, saat ini, Barack menjadi pemeluk Kristen yang taat. ( asy / nrl )
(c) 2006 detikcom, All Rights Reserved
========================================================
detikcom
06/06/2007 08:19 WIB
Barack Obama, Dari Mana Anda Mendapat Nama yang Lucu?
Nurul Hidayati - detikcom
Jakarta - Sudah bukan rahasia lagi, pemilihan Presiden AS periode mendatang juga membetot perhatian publik Indonesia. Selain karena ada perempuan ayu yang bakal ikut bertanding, Hillary Clinton, juga ada kandidat yang cukup dekat dengan Indonesia.
Kandidat itu adalah Barack Obama (46). Dekat dengan Indonesia karena Obama pernah tinggal 3,5 tahun di Jakarta dan ayah tirinya (Lolo Soetoro) adalah seorang keturunan Indonesia.
Obama memulai karier politiknya pada usia 35 tahun. Dia mengincar kursi di DPRD Illinois. Sebagaimana yang dilakukan para kandidat lainnya, Obama berbicara kepada setiap orang yang bersedia mendengar dan pergi ke berbagai acara perkumpulan. Jika ada dua orang yang berdiri di sebuah sudut jalan, Obama akan menyeberangi jalan tersebut dan memberikan ceramah kampanye kepada mereka.
Dan ke mana pun Obama pergi, selalu saja dia mendapat pertanyaan yang sama yaitu "Dari manakah Anda mendapatkan nama yang lucu tersebut?"
Kisah perjuangan Obama tersebut tertulis dalam buku keduanya yang bertajuk The Audacity of Hope: Thoughts on Reclaiming the American Dream. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Ufuk Press dengan judul Menerjang Harapan: Dari Jakarta Menuju Gedung Putih. Di buku ini, Obama menceritakan masa kecilnya di Indonesia dan mengulas Indonesia di era kekinian.
Buku ini cukup laku di Jakarta dan masuk dalam deretan "Buku Laris" di jaringan toko buku Gramedia. Di Amerika, buku ini juga masuk kategori The # 1 New York Times Bestseller.
Obama lahir di Honolulu, dibesarkan di Jakarta, dan kembali ke Honolulu menghabiskan masa remaja sekaligus menamatkan pendidikan SLTA. Dia kemudian kuliah di Columbia University, New York City, dan sempat bekerja di bursa saham di Wall Street.
Tahun 1985 Obama menjadi community organizer di Chicago, lalu menamatkan pendidikan pascasarjana di Harvard Law School, Boston, tahun 1991. Setelah itu Obama terjun ke politik dan terpilih sebagai senator di Negara Bagian Illinois dan berkantor di Chicago selama 8 tahun.
Tahun 2005 terpilih sebagai senator di tingkat federal mewakili Negara Bagian Illinois yang berkedudukan di Capitol Hill, Washington DC.
Lalu dari mana Obama mendapatkan "nama yang lucu" itu? Ini berkat pernikahan dua warna kulit antara ayahnya, Barack Hussein Obama Senior yang kulit hitam asal Kenya, Afrika, dengan ibunya, Ann Dunham yang kulit putih asal Kansas City. Obama Senior orang Afrika pertama yang mendapat beasiswa -- juga bertemu Ann Dunham -- di East West Center/University of Hawaii, Honolulu.
Setelah bercerai, Ann Dunham menikah dengan pria Indonesia, Lolo Soetoro. Obama tnggal di Jakarta sejak usia 6 tahun, yaitu pada 1967 dan sempat merasakan pendidikan di SD Franciscus Assisi dan SDN 01 Menteng di Jalan Besuki.
Pasangan Lolo Soetoro-Ann Dunham dikaruniai seorang putri, Maya Soetoro-Ng yang kini berusia 39 tahun yang bersuamikan pria Cina dan menetap di Honolulu. Obama Senior di Kenya menikah berulang kali, termasuk dengan seorang perempuan kulit putih lain dan juga dengan beberapa perempuan lokal yang semuanya melahirkan saudara-saudara tiri Obama Junior.
Alhasil keluarga besar Obama merupakan sebuah paduan komunitas internasional yang lahir dari berbagai etnis yang terbiasa hidup dengan mobilitas geografis serta sosial yang dinamis. Dan multirasiliasme justru menjadi kekuatan terbesar dalam perjalanan Obama sejak dia menjadi aktivitas politik sampai sekarang menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. ( nrl / umi )
(c) 2007 detikcom, All Rights Reserved
=======================================================
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
UNIK
Saya membuat lukisan keluarga obama dengan kulit telur untuk mengikuti audisi GOLDENTICKET, namun gagal, seperti www.BObama.Blogspot.com
Andai saja ada saudara, famili atau handaitolan berminat dapat menghubingi saya di 021-93991372
Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih
Yudhay
Post a Comment