Tuesday, March 11, 2008

Sejarah seorang pendendam (kedua)

Sejarah seorang pendendam (kedua).



Rekonstruksi dan Refleksi Tragedi ’65


Beberapa pertanyaan yang TIDAK boleh di(per)tanyakan di Indonesia!

==============================================

- Pertanyaannya, sedemikian hebatkah PKI sehingga meskipun merupakan organisasi sipil ia telah berhasil mempengaruhi atau “membina” para perwira Angkatan Darat ini sehingga mereka tunduk dan mau melaksanakan rencana PKI untuk melawan kesatuannya sendiri?

- Pertanyaannya, mengapa Pangkostrad Soeharto tidak melaporkan rencana operasi militer itu ke atasannya, yakni Jendral Ahmad Yani sebagai Panglima Angkatan Darat?

- Atau mengapa ia tidak menyampaikan informasi tersebut ke Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi?

- Pertanyaannya, kalau G30S itu adalah gerakan PKI untuk melawan Angkatan Darat, mengapa Soeharto sebagai Pangkostrad tidak diapa-apakan?

Terhadap pertanyaan ini ada dua kemungkinan jawaban:

(a) Para pelaku G30S begitu bodoh sehingga mereka mengabaikan Soeharto dan pasukannya;

(b) telah ada sikap “saling pengertian” antara para pelaku G30S dengan Soeharto, atau bahkan Soeharto merupakan bagian dari G30S itu sendiri.

- Mana dari kemungkinan ini yang lebih dapat diterima?

- Dengan demikian pertanyaannya, bukankah tidak mungkin bahwa ada sejumlah pihak asing yang -- entah langsung atau tak langsung -- ikut terlibat dalam aksi militer yang diperkirakan akan membawa perubahan mendasar itu?

- Kalau keterlibatan itu ada, benarkah PKI mampu mengorganisir berbagai kekuatan asing itu?

- Pertanyaannya, bagaimana dengan dugaan bahwa sebenarnya Sjam adalah sekaligus bertindak sebagai agen ganda yang juga bertugas memata-matai gerak PKI demi kepentingan kalangan militer?

- Kalau dugaan itu benar, bagaimana mungkin posisi Sjam yang masih meragukan itu bisa dijadikan bukti bahwa PKI merupakan “dalang” dari operasi militer G30S?

- Pertanyaannya, benarkah bahwa dalang dari operasi militer itu tunggal?

- Tidak mungkinkah bahwa dalang dari peristiwa tersebut bukan satu melainkan beberapa?

- Mustahilkah bahwa operasi militer yang dilakukan oleh kelompok G30S itu merupakan muara dari berbagai kelompok kepentingan (dari dalam maupun luar negeri) yang sama-sama berharap menguasai perpolitikan di Indonesia saat itu?

- Selanjutnya, tidak mungkinkah bahwa seandainyapun PKI terlibat, ia merupakan salah satu dari berbagai kelompok kepentingan itu, tetapi bukan satu-satunya?

- Pertanyaannya, tepatkah penggunaan istilah “pemberontakan” itu di sini?

- Tetapi mengapa istilah yang dipakai oleh versi resmi selalu saja istilah “pemberontakan” dan bukan putsch?

- Antara lain adalah, mengapa pembunuhan massal itu tidak berlangsung secara serempak, melainkan bergelombang atau bergiliran?

- Adakah faktor-faktor tertentu yang menjadi pemicu bagi mulainya pembunuhan massal itu di masing-masing daerah?

- Bahwa sejak diberlakukannya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan UUBH (Undang-undang Bagi Hasil) pada tahun 1964 terjadi ketegangan antara PKI dan para tuan tanah memang betul; tetapi mengapa pembantaian di masing-masing daerah itu baru mulai terjadi pada tahun 1965 dan itupun pada bulan-bulan terakhir tahun tersebut dan awal tahun 1966?

- Di beberapa tempat, pembantaian berlangsung justru pada tahun 1967-1968, saat ketika konon PKI telah berhasil ditumpas. Dan korbannya ternyata memang bukan hanya para anggota PKI. Mengapa?

==============================================


Rekonstruksi dan Refleksi Tragedi ’65


Oleh : Baskara T. Wardaya, SJ

Baskara T. Wardaya SJ, Direktur PUSdEP (Pusat Sejarah dan Etika Politik); dosen Sejarah di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.


Tambahan Fakta


Hubungan Soeharto dan tujuh Jendral korban G30S


Ketika Kolonel Soeharto menjabat sebagai Panglima Diponegoro, ia dikenal sebagai sponsor penyelundupan dan berbagai tindak pelanggaran ekonomi lain dengan dalih untuk kesejahteraan anak buahnya.

Soeharto membentuk geng dengan sejumlah pengusaha seperti Lim Soei Liong, Bob Hasan, dan Tek Kiong, konon masih saudara tirinya.

Dalam hubungan ini Kolonel Soeharto dibantu oleh Letkol Munadi, Mayor Yoga Sugomo, dan Mayor Sujono Humardani.

Komplotan bisnis ini telah bertindak jauh antara lain dengan menjual 200 truk AD selundupan kepada Tek Kiong.

Persoalannya dilaporkan kepada Letkol Pranoto Reksosamudro yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Staf Diponegoro, bawahan Soeharto.

Maka MBAD membentuk suatu tim pemeriksa yang diketuai Mayjen Suprapto dengan anggota S Parman, MT Haryono dan Sutoyo.

Langkah ini diikuti oleh surat perintah Jenderal Nasution kepada Jaksa Agung Sutarjo dalam rangka pemberantasan korupsi untuk menjemput Kolonel Soeharto agar dibawa ke Jakarta pada 1959.

Ia akhirnya dicopot sebagai Panglima Diponegoro dan digantikan oleh Pranoto.

Kasus Soeharto tersebut akhirnya dibekukan karena kebesaran hati Presiden Soekarno (D&R 3 Oktober 1998:18)

Nasution mengusulkan agar Soeharto diseret ke pengadilan militer, tetapi tidak disetujui oleh Mayjen Gatot Subroto (Subandrio 2000:10).

Kemudian ia dikirim ke Seskoad di Bandung.

Soeharto sendiri dalam otobiografinya mencatat persoalan itu sebagai menolong rakyat Jawa Tengah dari kelaparan, maka ia mengambil prakarsa untuk melakukan barter gula dengan beras dari Singapura (Soeharto 1989:92).

Ia tidak menyinggung sama sekali adanya tim penyelidik dari MBAD.

Selanjutnya ketika Soeharto hendak ditunjuk sebagai Ketua Senat Seskoad, hal itu ditentang keras oleh Brigjen Panjaitan dengan alasan moralitas (Detak 5 Oktober 1998:5), artinya moral Soeharto sebagai manusia, apalagi sebagai prajurit, tidak dapat dipertanggungjawabkan.


S. Utomo



Sumber (lain):
G30S_SEJARAH YANG DIGELAPKAN:
Tangan Berdarah CIA dan Rejim Suharto
Harsutejo,
penerbit: HASTA MITRA,
Agustus 2003, Jakarta.




[INDONESIA-L] SINGO - Merah Putih


From: apakabar@saltmine.radix.net

Date: Mon Mar 06 2000 - 08:56:24 MST


SINGO - Merah Putih


Kesalahan strategi bung Karno adalah terlalu lemah hatinya, tidak tega menghabisi lawan-lawan politiknya, padahal sejak sebagai Pangdam Diponegoro sebenarnya Soeharto sudah ketangkap basah korupsi dan ketika konfrontasi Malaysia dia ketangkap basah menjadi penyelundup, tetapi tetap diberi kesempatan berkarier.



[INDONESIA-L] Indonesia Dicengkeram oleh Tritunggal Setan


From: apakabar@clark.net

Date: Wed Jun 18 1997 - 18:10:00 EDT


Indonesia Dicengkeram Oleh Tritunggal Setan


Presiden Soeharto (PS) ternyata adalah pribadi yang jauh dari bersih sejak lama.

Artikel b) menyatakan bahwa berawal dari 1959, Kolonel Soeharto sebagai Panglima KODAM IV/Diponegoro Jawa Tengah (karena waktu itu SOB, maka ia juga Penguasa Perang), sudah terbiasa melakukan kolusi dengan Liem Sioe Liong dan Bob Hasan.

Salah satu contoh kolusi adalah tindak pidana menyelundupkan gula dibarter dengan beras ke Singapura.

Karena sudah begitu lama dan dekatnya PS dengan kedua oknum penyelundup Chinese, maka tidak mengherankan bila putra-putri PS memanggil kedua oknum Chinese ini dengan sebutan "Om", suatu sebutan yang mesra dan dekat sekali.

Kedua oknum penyelundup Chinese ini (maaf banyak Chinese lain yang baik) menikmati kelimpahan susu dan madu atas fasilitas monopoli yang telah diberikan oleh PS.



Silakan lihat juga:

Sejarah seorang pendendam

Sejarah seorang pendendam (ketiga)



Kalau Anda mau maju, jauhi kelakuan yang seperti ini!

No comments: