Tuesday, March 11, 2008

Sejarah seorang pendendam

Sejarah seorang pendendam.



Mungkin inilah karakter dari orang-orang di daerah bekas koloni Belanda.

Walaupun sangat bersalah, tetap mendendam kesumat, sampai dibawa ke liang kubur.



Mari kita lihat sejarah berikut.



Permesta Information Online


Selasa, 20 Juni 1950

Wilayah Komando Tentara & Territorium VII - Indonesia Timur (TT-VII/TTIT) didirikan.

Wilayah ini meliputi daerah 4 provinsi, yaitu provinsi Sulawesi, provinsi Sunda Kecil (Nusatenggara), provinsi Maluku, provinsi Irian Barat (yang masih dikuasai Belanda).

Pada tahun 1951, Letkol Alex Kawilarang menjadi Panglima Komando TT-VII/TTIT selama beberapa bulan lamanya sampai bulan November, ketika tanggal 10 November ia secara resmi menjadi Panglima Komando TT-III/Siliwangi dengan pangkat Kolonel.


Senin, 7 Agustus 1950

Langkah Kolonel Alex Kawilarang yang sulit dilupakan masyarakat politik pada tahun limapuluhan ialah ketika ia menempeleng Letkol Soeharto di Makassar saat sedang menumpas pemberontakan RMS dan pasukan KNIL/KL (KNIL = Koninklijke Nederlands Indisch Leger /Tentara Hindia Belanda, KL=Koninlijk Leger /Tentara Kerajaan Belanda).

Kolonel Alex Kawilarang marah karena selaku Panglima TT-VII/TTIT ia baru melaporkan kepada Presiden Soekarno (tanggal 4-5 Agustus) bahwa keadaan di Makassar sudah aman.

Tetapi Soekarno menyodorkan radiogram yang baru diterimanya bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar hari Jumat, tanggal 5 Agustus.

Ternyata pasukan yang harus mempertahankan kota Makassar yaitu Brigade Garuda Mataram telah melarikan diri ke Lapangan Udara Mandai.

Maka tidaklah mengherankan bahwa Kolonel Alex Kawilarang menjadi marah dan hari Senin ini buru-buru kembali ke Makassar.

Setibanya di lapangan udara Mandai ia langsung memarahi komandan Brigade Garuda Mataram Letkol Soeharto: "Sirkus apa-apaan nih?" kata Kolonel Alex Kawilarang sambil menempeleng pipi Letkol Soeharto.

Maka dapatlah dimengerti, akibat peristiwa tersebut, hingga saat Alex Kawilarang meninggal, Presiden Soeharto tidak pernah berbicara dengan bekas atasannya itu.

Penghargaan kepada A.E. Kawilarang secara resmi baru diberikan pada 1999 yang lalu, sewaktu Presiden B.J. Habibie berkuasa.



Alex Kawilarang


Menempeleng Soeharto

Kawilarang dikenal sebagai panglima yang pernah menampar Letkol Soeharto yang saat itu adalah salah seorang bawahannya.

Pada tahun 1950-an, sebagai Panglima Wirabuana, Kawilarang baru saja melapor kepada Presiden Soekarno bahwa keadaan di Makassar sudah aman.

Namun Soekarno malah menyodorkan sebuah radiogram yang baru saja diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar.

Ternyata Brigade Mataram, pasukan yang seharusnya mempertahankan kota Makassar, telah melarikan diri ke lapangan udara Mandai.

Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar.

Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya.


Masa tua dan kematian

Tindakannya menempeleng Soeharto tampaknya tidak pernah dimaafkan oleh presiden kedua RI itu, sehingga sampai Kawilarang meninggal, ia tidak pernah berbicara dengan bekas atasannya itu.



Silakan lihat juga:

Sejarah seorang pendendam (kedua)

Sejarah seorang pendendam (ketiga)



Generasi muda, generasi sekarang, marilah belajar menerima kesalahan 'mu, bila kau memang bersalah.

Karena hanya orang-orang yang mau mengakui kesalahannya dapat maju!

No comments: